Bagi penulis, the HIATUS adalah sebuah supergroup dari jepang. Kenapa bisa penulis bilang supergroup? Itu dikarenakan formasi dari band ini berasal dari band terkenal asal negeri matahari. Coba saja bayangkan ketika band semacam ELLEGARDEN, FULLSCRATCH, Radio Caroline, Toe dan Neil & Iraiza bersatu padu membentuk the HIATUS maka hasilnya adalah alternative rock dengan sentuhan punk rock serta pop punk cukup mendominasi lewat rilisan yang diberi judul Trash We'd Love.
Toe yang menjadi band favorit penulis hadir di the HIATUS lewat gebukan drummer-nya yaitu Kashikura Takashi. Takeshi Hosomi dari ELLEGARDEN sebagai vokalis dan gitar, Masasucks dari FULLSCRATCH dengan gitar, Bass diisi oleh Ueno Koji dari Radio Caroline dan Piano oleh Horie Hirohisa dari Neil & Iraiza.
Jujur saja, ketika mendengarkan musik dari the HIATUS pada awalnya. Penulis tidak menyangka bahwa band ini adalah band Jepang. Karena band jepang sangat jarang membawakan Pop Punk dengan lirik bahasa inggris yang dinyanyikan dengan pronunciation bahasa inggris yang sangat lancar.
Trash We'd Love dengan total 11 lagu ini sangat kental dengan nuansa alternative rock, punk rock dan pop punk. Dibuka lewat Ghost In The Rain, the HIATUS langsung menghentak lewat dentingan piano yang kemudian berbaur menjadi satu lewat sebuah komposisi musik yang berkiblat ke arah pop punk dengan tune yg catchy serta dengan permainan drum yang luar biasa. Lone Train Running dibuka dengan vokal Takashi dengan dentingan piano indah yang langsung dibantai dengan riff gitar serta gebukan drum hardcore ala Toe, membuat tembang ini menjadi tembang yang bisa mengajak headbanging penulis.
Dibuka dengan riff gitar yang berat dan cepat, langsung saya the HIATUS menghentak lewat tembang berjudul Centipede yang cukup catchy dan diiringi dengan balutan punk rock yang cukup kental. Kemudian dilanjutkan ke Silver Birch yang didominasi dengan permainan piano serta ketukan drum yang sedikit ke arah math yang menjadi ciri khas Toe. Sungguh satu tembang yang cukup renyah dan menarik dengan built up yang sempurna. EPIC!
Tembang kelima, the HIATUS bernyanyi dengan bahasa jepang lewat Daten (堕天). Tetapi sekali lagi, penulis cukup dikejutkan oleh permainan drum Kashikura Takashi di awal tembang ini dan cukup mendominasi sampai klimaks lagu ini. Dan permainan drum ala math rock di sini emang menjadi candu bagi telinga penulis. Belum cukup eargasm yang tawarkan di tembang sebelumnya, langsung saja the HIATUS menghentak lewat Storm Racers yang mampu mengangkat adrenalin sampai tingkat tertinggi.
Sepertinya the HIATUS mengajak pendengar bersantai sejenak setelah adrenalin dipaksa di tembang sebelumnya, Little Odyssey hadir dengan nuansa pop ballad yang menarik lewat dentingan piano Hirohisa dan vokal Takashi. Penjiwaan didapat begitu baik dan tak ayal mampu membuat penulis merinding ketika mendengarkan tembang ini. Setelah santai sejenak, langsung saja the HIATUS siap membanting telinga anda lewat The Flare dengan segala permainan yang gila terutama pada piano dan drum yang dipadu dengan riff gitar dan bass sebagai atmosfer lagunya.
Konpeki no yoru ni (紺碧の夜に) adalah tembang berbahasa jepang kedua di album ini yang menghadirkan spirit dan semangat tinggi yang membawa adrenalin naik sampai tingkat tertinggi. Kemudian dilanjutkan ke Unicorn (ユニコーン) sebagai tembang ketiga yang berbahasa jepang, dengan pop ballad yang cukup menarik serta tune yang catchy. Satu yang spesial disini adalah permainan drum dengan ketukan ala march.
Album Trash We'd Love ditutup lewat sebuah tembang berjudul Twisted Maple Trees yang cukup renyah dengan permainan riff ringan serta twinkle gitar dan permainan piano di awal sampai pertengahan lagu. Dan ketika masuk ke pertengahan lagu dimana ketukan drum mulai masuk sampai klimaks membuat tembang ini begitu sempurna dari segi built up alur. Dan itu merupakan perpaduan yang luar biasa menjadi satu bentukan post-rock dengan vokal yang cukup sempurna. Tak ayal lagi, penulis mencapai eargasm serta puncak adrenalin sampai titik trance di tembang penutup ini. AWESOME!
Satu hal yang digaris bawahi, the HIATUS sebagai supergroup
ini menghasilkan sebuah karya masterpiece. Masing-masing elemen di
tawarkan dengan porsi yang seimbang serta menciptakan sebuah karya yang
cukup fenomenal di telinga penulis. Dari vokal, gitar, bass, drum sampai
piano semuanya menyatu menjadi satu komposisi yang menjadi ciri khas the HIATUS lewat Trash We'd Love. Nice Album!