About

rayculz's reviews room ... mendalami sekumpulan bunyi yang tertuang dalam aksara dan kata

Dua Sisi Call Me Nancy


Berbicara tentang Call Me Nancy berarti berbicara tentang mimpi yang terpendam. Sebuah mimpi yang bersinergi menjadi satu dalam sebuah komposisi musik. Sebuah mimpi yang sempat terlupakan yang hanya menjadi sebuah jejak sejarah masa lalu. Namun ada kalanya mimpi itu ibarat harta karun yang akan berbuah jika berusaha untuk mewujudkannya. Dan Call Me Nancy ada disitu, menciptakan mimpi itu dalam lantunan gita berbalutkan mimpi dan semangat independen bermusik

Sejatinya Call Me Nancy telah merilis tembang-tembang mereka di tahun 2007 yang sempat dirangkum dalam satu album self titled mereka secara independen. Namun semua itu sempat menjadi kenangan ketika setahun setelah itu mereka membubarkan diri karena kesibukan masing-masing anggota. Dan pada tahun 2014 ini, setelah bertahun-tahun mimpi itu terpendam. Call Me Nancy mulai mewujudkan mimpi itu.

Ya, musik Call Me Nancy sangat erat dengan kata mimpi dengan mengusung genre musik dream pop didalam musiknya serta sentuhan khas dari kesederhanaan indie pop. Dan berbicara Call Me Nancy berarti juga berbicara siapa saja dibalik band ini yaitu Andy Baskoro, Haris Hermawan, Andre W, Hanari Probo, Steven Fendy dan Branandi W Madya K.

Kumpulan tembang lama yang akan dirilis ulang oleh Call Me Nancy ini diawali oleh Pagi. Sebuah awal yang menarik untuk terbangun dari mimpi di sebuah pagi. Tembang pagi langsung mengajak penulis untuk berdansa dengan lantunan beat yang cukup menghentak. Sentuhan indie pop dipadu dengan petikan suara gitar mengisi dinding musiknya menambah manis track ini. Selanjutnya ada tembang bertajuk Hai Onie yang cukup santai untuk menemani pagi, dan ciri khas utamanya adalah petikan twinkle suara gitar yang mengisi keseluruhan dinding musiknya. Dan satu hal yang pasti adalah vokal yang terkesan malas yang selalu menjadi ciri khas dari musik shoegaze atau dream pop. Apakah itu kekurangan? Bukan, itu justru kelebihannya. Terlebih lagi kejutan beat yang rancak pada built up di pertengahan lagunya, itu menyenangkan.

Kemudian T'lah Pergi hadir mengisi pagi dengan lebih bersemangat mengawali hari dengan balutan beat indie pop yang gembira. Selanjutnya masuk langsung ke kedalaman dream pop yang mengawang-awang, tenang dan damai serta gloomy lewat Cermin Maya. Mungkin ini sedikit ganjil, dengan aura yang berbeda dari sebelumnya. Tembang ini memberi warna yang berbeda dari musik yang telah hadir sebelumnya. Cukup mengejutkan, ibaratnya seperti dua sisi sebuah keping mata uang. Gembira dan galau, senang dan susah. Warna musik yang bertolak belakang ini kemudian dilanjutkan lewat tembang yang cukup riang bertajuk Pohon. Dan disambung dengan Selamat Tidur Bidadari yang cukup santai berbalutkan petikan gitar yang cukup manis dan mampu membuat penulis eargasm pada built up di penghujung lagu. Damai.

Selanjutnya warna musik yang sama yang telah hadir sebelumnya lewat Cermin Maya, terulang kembali dalam sebuah tembang tidak berjudul yang oleh mereka disebut saja dengan nama Ngiu. Mungkin menurut penulis, sumber inspirasi adalah album awal dari Sigur Ros yang membawakan tema senada atau band dream pop / shoegaze sejenis yang sempat merajai di blantika musik independen pada tahun '90an. Lengkingan falsetto oleh sang vokalis Sigur Ros yang di adaptasi begitu membekas dan membentuk serta meramu sebuah tembang dream pop yang tidak berjudul ini. Rasa damai ini kemudian dilanjutkan lewat sebuah permohonan dan doa yang dilantunkan dalam komposisi musik yang cukup sederhana namun begitu berkesan bagi penulis yaitu Save My Soul. Lalu diakhiri oleh tembang Langit Biru yang cukup optimis. Dan sebagai tambahan ada juga akustik yang cukup manis yang berjudul Mein Schatz.

Musik Call Me Nancy ibarat dua sisi mata uang yang berbeda, disatu sisi cukup riang dan disisi yang lain menjadi sedih. Di bagian yang satu cukup bergembira dan dibagian yang lain menjadi galau. Dua sisi yang berbeda ini bukan menjadi suatu keanehan, tetapi suatu kelebihan yang bisa saling mengisi. Dan dari dua sisi yang berbeda inilah, mimpi yang terpendam dari Call Me Nancy akan terwujud. Semoga!

Read more

Mineral | EndSerenading

  
Menyelam kembali kemudian menembus batas ruang dan waktu sampai masuk ke dalam suatu masa dimana pergerakan awal tentang emo itu ada. Dan disinilah label emo yang sebenarnya dapat didengar dan disimak secara murni tanpa dirusak oleh media serta para posser dan band yang sudah lupa tentang akar musik emo itu sendiri. Akibatnya yaitu mendeskripsikan emo dengan interprestasinya sendiri dan efek yang ditimbulkan akibat proses 'salah kaprah' ini cukup parah. Kembali ke akar sampai ke jaman Rites of Spring sebagai pencetus awal apa yang dinamakan emo lalu beranjak maju mengikuti ruang dan waktu sampai menuju ke Houston, Texas Amerika dimana pada tahun 1994 band yang beranggotakan Chris Simpson, Scott McCarver, Jeremy Gomez & Gabriel Wiley dibentuk dan menamakannya Mineral, yang selanjutnya migrasi ke Austin, Texas dan mengembangkan karir disana.

Kalau bisa penulis katakan, karakter musik dari band asal Texas ini mungkin termasuk salah satu yang menginspirasi band asal Austin, Texas lain yang penulis kenal yaitu band post-rock Explosions In The Sky. Karena ketika Mineral bubar di tahun 1998, Explosion In The Sky lahir setahun kemudian. Meskipun tidak berhubungan, tetapi ada benang merah dari karakter musik mereka. Musik Mineral berciri khas dengan struktur quiet/loud dengan permainan melodi pada gitarnya dengan sentuhan twinkle dengan riff-riff bermelodi serta suara vokal yang keluar dari nada seharusnya sehingga muncul konotasi bahwa suara fals adalah hal yang lazim dari musik Mineral. Tetapi disitulah kekuatan dari musik Mineral dengan segala komposisinya. Dan dari situ lahirlah dua rilisan yaitu The Power of Failing pada tahun 1997 dan EndSerenading setahun berikutnya.

Ada sepuluh tembang menarik yang terangkum di dalam rilisan EndSerenading. Yang hampir keseluruhan komposisi musik Mineral laiknya komposisi indie rock berbalut post-rock di era modern dengan vokal emotional yang menjadi ciri emo generasi awal. Endserenading dibuka lewat tembang Lovelettertypewriter dentingan twinkel gitar yang membangun alur serta dipadu dengan vokal yang keluar dari nada sehingga terkesan fals namun disatu sisi menciptakan karakter emotional yang kuat. Konsep yang menarik diciptakan oleh Mineral disini yang membuat Lovelettertypewriter sebagai intro yang selanjutnya bersambung ke Palisade dengan built-up yang sudah diciptakan di tembang sebelumnya.

Selanjutnya tembang yang ditawarkan Mineral serupa dengan sensasi yang berbeda seperti Gjs, Unfinished dan Forlvadell. Setelah itu ada satu tembang yang cukup mengganggu kenikmatan dengan suara fals dari dentingan melodi gitar serta vokal di Wakingtowinter. Komposisi off tune pada permulaan tembang ini begitu aneh, namun disatu sisi menjadi satu bentukan yang lumayan unik. Apalagi ketika memasuki pertengahan lagu dengan membangun alur sampai klimaks yang cukup menggila. Hasilnya, cukup simpel yaitu eargasm.

Aletter pada urutan selanjutnya, melanjutkan apa yang sudah dibangun sebelumnya. Setelah itu ada sebuah tembang yang cukup manis dengan berbalutkan melodi gitar yg saling bersahutan untuk memenuhi dinding dari komposisi musiknya lewat Soundslikesunday dengan membangun alur sampai klimaksnya yang dilanjutkan dengan &serenading. Dan sebagai tembang penutup pada rilisan ini, ada Thelastwordisrejoice yang cukup kalem, galau nan menenangkan sekaligus indah. Dan disinilah segala ungkapan emosional dituangkan oleh sang vokalis tanpa memedulikan suara dia fals atau tidak. Sungguh penutup yang cukup emosional.

Satu karakter yang menarik pada EndSerenading adalah penulisan keseluruhan track-nya tanpa spasi sama sekali. Karakter yang menarik itu pun ada pada komposisi musik mereka yang mendeskripsikan emosional dalam arti sebenarnya dalam musik, lirik dan vokal. Dan disini band yang membubarkan diri tidak lama setelah album EndSerenading ini dirilis menunjukan eksistensinya sebagai sebuah sejarah mengenai pergerakan musik emo sebelum era 2000an. Satu rilisan berharga dari sebuah band yang bisa dibilang underrated. An perfect album!


Artist
Mineral

Album
EndSerenading

Rilis
1998

Genre
Emo, Indie Rock

Rating
10 | 10

_________________________________________

Read more

Red Hot Chili Peppers | I'm With You




Apa yang terjadi dengan Red Hot Chili Peppers? Nyaris tidak percaya lewat pendengaran penulis ketika mendengarkan rilisan terbaru tanpa seorang gitaris John Frusciante. Awalnya sempat skeptis dengan kepergian sang gitaris pada tahun 2009, dan ternyata kekuatiran itu terbukti lewat rilisan terbaru mereka yaitu I'm With You.

Sejatinya penulis pertama kali mengenal Red Hot Chili Peppers lewat album One Hot Minute tetapi baru suka ketika muncul rilisan Californication tahun 1999 setelah masuknya gitaris mereka yang kedua kali yaitu John Frusciante. Setelah itu ketika mencari dan mendengarkan rilisan mereka terdahulu, penulis juga menyukai rilisan Blood Sugar Sex Magik yang dirilis pada tahun 1991. Satu faktor yang membuat penulis menyukai Red Hot Chili Peppers adalah faktor John Frusciante disamping permainan funk bass Michael Balzary yang lebih dikenal dengan sebutan Flea. Setelah itu rilisan By the Way pada tahun 2002 serta Stadium Arcadium pada tahun 2006 selalu mengisi soundtrack sehari-hari penulis. Itu memang tidak terlepas dari faktor John Frusciante yang merangkap sebagai penulis lagu dari Red Hot Chili Peppers dimana kolaborasi dia dengan Anthony Kiedis, Flea dan Chad Smith menghasilkan rilisan yang benar-benar menjadi favorit penulis.

Tetapi apa yang terjadi ketika John Frusciante keluar untuk kedua kalinya dari Red Hot Chili Peppers setelah pada tahun 1992 s/d 1997 dia keluar karena ketergantungan narkoba. Secara otomatis, kreasi musik dari Red Hot Chili Peppers berubah. Dan itu sangat terbukti lewat rilisan terbaru mereka, sebuah rilisan yang penulis anggap bukan Red Hot Chili Peppers yang penulis kenal tetapi sebuah band baru dengan nama yang sama.

Rilisan I'm With You membuat penulis merasa asing dengan musik Red Hot Chili Peppers, meski gitaris pengganti yaitu Josh Klinghoffer punya karakter sendiri yang sangat berbeda dengan John Frusciante. Itu membuat penulis sedikit beradaptasi dengan ini, dan itu tidak mudah. Tetapi satu hal positif dari kepergian John adalah perkembangan luar biasa permainan funk bass dari Flea di seluruh tembang yang terangkum dari I'm With You. Dan disini permainan Flea sangat menonjol pada komposisi musik Red Hot Chili Peppers yang kali ini jelas lebih groove pada funk rock yang mereka mainkan.

Tetapi meskipun begitu, keseluruhan album terasa sangat biasa bagi penulis. Meski ada tembang yang lumayan bagus seperti Goodbye Hooray yang menunjukan karakter baru dari permainan gitar Josh yang cukup gila. Selain itu, tidak ada yang istimewa. Sebenarnya ketika I'm With You dibuka lewat Monarchy of Roses, perubahan karakter musik sangat terasa dengan komposisi musik groove yang dipadu dengan funk dalam balutan rock. Factory of Faith pada urutan selanjutnya lebih menonjolkan dominasi permainan funk bass Flea. Selanjutnya ada Brendan's Death Song yang dibuka dengan balutan akustik menjadikan ballad ini menjadi tembang rock yang menarik. Masih dengan dominasi Flea, Ethiopia dibuka dengan permainan funk yang cukup menarik untuk disimak yang kemudian dilanjutkan ke Annie Wants a Baby dengan bumbu alternative yang lumayan kental.

Kemudian Look Around yang cukup membuat terkejut ketika elemen acid jazz ala Jamiroquai sangat menonjol disini, bagus tetapi bukan Red Hot Chili Peppers yang penulis kenal. Lalu The Adventures of Rain Dance Maggie hadir yang tetap melanjutkan karakter musik yang sama seperti sebelumnya. Did I Let You Know yang hadir setelah juga sama, namun Goodbye Hooray seperti yang penulis paparkan diatas cukup memberikan oase segar terhadap kemonotonan yang sudah bisa dikatakan medioker.

Happiness Loves Company cukup manis ketika dibuka dengan permainan piano. Dan uniknya, tempo dan karakter tembang ini begitu ceria yang mengingatkan penulis akan keceriaan musik Indiepop dan memang itu sesuai dengan judulnya. Cukup aneh dan unik untuk karakter musik Red Hot Chili Peppers yang sudah dikenal sebelumnya. Selanjutnya ada tembang manis bertajuk Police Station yang cukup biasa dan Even You, Brutus? yang juga sama. Lalu ada Meet Me at the Corner yang lo-fi dan minimalis, cukup menarik tetapi tetap saja biasa. Selanjutnya ada Dance, Dance, Dance sebagai tembang penutup yang cukup rancak untuk berdansa dan disuguhkan sebagai puncak klimaks dari karakter musik yang baru dari Red Hot Chili Peppers.

Yeah, sebenarnya rilisan I'm With You ini cukup menarik jika seandainya ini bukan rilisan dari Red Hot Chili Peppers tetapi proyek sampingan dari para personilnya. Tetapi jika berbicara mengenai musik Red Hot Chili Peppers yang sudah dikenal sebelumnya, maka siap-siap saja kecewa dan itu terbukti bahwa penulis cukup kecewa dengan rilisan ini. Meskipun menawarkan hal yang baru, tetapi tetap saja rilisan ini tidak begitu istimewa menurut penulis. Well, jika anda die hard fans mereka mungkin akan kecewa dengan perubahan karakter musiknya tetapi jika anda pendengar baru yang sama sekali belum pernah mendengarkan musik Red Hot Chili Peppers maka cobalah. Ada sesuatu yang menarik disini, tetapi itu tetap biasa dan medioker.


Artist
Red Hot Chili Peppers

Album
I'm With You

Rilis
2011

Genre
Rock, Funk Rock, Alternative

Rating
5 | 10

________________________________

Read more

The Beach Boys | Pet Sounds

  
Seringkali orang salah kaprah terhadap apa yang dinamakan Power Pop. Dan parahnya dari setengah ketidak tahuan itu, banyak yang melabeli band-band yang sebenarnya beraliran 'Pop Punk' dengan istilah Power Pop. Padahal itu jelas berbeda, karena ketika membicarakan Power Pop maka kita harus merujuk dan melintasi masa lalu dimana istilah Power Pop itu lahir lewat band-band semacam The Beatles, Big Star, Badfinger, dan salah satunya yaitu The Beach Boys.

Ciri utama dari ranah ini yaitu identik penggunaan harmonisasi vokal yang tajam dan padat, dan riff gitar yang powerful tentunya namun tetap sederhana. Pada umumnya band-band seperti ini mempunyai lagu-lagu yang sangat bermelodi dan sangat mudah dipahami dan dimengerti, inilah yang menjadi keunggulan ranah ini. Dan disini The Beach Boys hadir dengan lewat sebuah mahakarya yang berjudul Pet Sounds.

Berbicara mengenai Pet Sounds, kalau penulis katakan bahwa disinilah pondasi awal pada dekade '60-an atas apa yang dinamakan Power Pop. Meski begitu, cita rasa psikedelik tidak bisa dilepaskan dari sini. Cara bereksperimental dengan bunyi-bunyian yang unik yang juga dihasilkan dari instrumen yang unik pula, menghantarkan Pet Sounds sebagai salah pilar kejayaan musik di masa itu. Membangun dinding bunyi-bunyian pada struktur komposisi musiknya dengan cara yang unik dan cenderung aneh. Tetapi itulah yang terjadi ketika sang musisi terinspirasi dari mariyuana yang memabukan dan menciptakan bunyi-bunyian ala psikedelik dalam balutan musik pop yang memiliki power. Dari situ jadilah Pet Sounds, sebuah rilisan asal negeri paman sam yang menghadang british invasion yang dibawa oleh The Beatles.

Wouldn't It Be Nice sebagai tembang pertama, membuka Pet Sounds secara sempurna dengan keceriaan khas pop tanpa cela dengan harmonisasi vokal sebagai ciri khas utama dari Power Pop dengan tune tune sederhana pada komposisi musiknya. It's a song that can blew your ears with joyful and melting your heart peacefully. Selanjutnya ada You Still Believe In Me yang mampu menyentuh hati penulis lewat musik dan lirik. Apakah anda mampu percaya dengan tulisan, bahwa penulis sempat menitikan air mata ketika mendengarkan tembang yang indah ini? Itulah sihir yang dilakukan secara sederhana oleh The Beach Boys lewat musiknya. Kemudian That's Not Me dilantunkan dengan komposisi musik yang cukup unik dan inilah kekuatan dari power pop sebenarnya.

Hal yang menyedihkan sekaligus indah mendayu dilantunkan lewat Don't Talk (Put Your Head On My Shoulder). Disini komposisi musik The Beach Boys mampu mengaduk-aduk perasaan anda apalagi ketika mendengarkan disaat yang tenang dan benar-benar rileks. Selanjutnya ada I'm Waiting For The Day yang mampu mengajak anda berdansa dengan pasangan anda, tentunya dengan iringan The Beach Boys sebagai musik latarnya. Dan Let's Go Away For Awhile yang seratus persen instrumental yang menyentuh dimainkan secara sempurna. Bisa penulis katakan bahwa tembang ini adalah salah satu tembang progresif yang awal dalam sejarah musik.

Selanjutnya, The Beach Boys mengajak anda sing-a-long dan berdansa bersama dengan Sloop John B. Lirik yang menarik, nada yang catchy serta komposisi musik yang menarik membuat penulis tersenyum ketika mendengarkan tembang ini. Salah satu keceriaan dan kebahagian tanpa batas lewat musik yang diciptakan The Beach Boys. Begitu juga dengan God Only Knows yang bagus dalam penulisan lirik dan komposisi musiknya. Tetapi sayangnya, sungguh bodoh ketika mengetahui satu kenyataan bahwa tembang ini sempat di banned di stasiun radio ketika judulnya ada kata "God" yang pada era tersebut merupakan suatu bentuk hujatan kepada Tuhan.

I Know There's An Answer sebagai tembang selanjutnya hadir dengan nuansa riang yang cukup ringan yang kemudian dilanjutkan ke tembang Here Today dan I Just Wasn't Made For These Times yang bercorak kurang lebih sama dengan tembang-tembang sebelumnya. Selanjutnya ada satu tembang instrumental yang jenius bagi penulis yaitu Pet Sounds yang berjudul sama dengan nama rilisan ini. Mungkin jika ditelaah secara seksama, akan menjadi soundtrack yang sempurna untuk film James Bond yang saat itu diperankan oleh Sean Connery. Tetapi sayangnya itu tidak terjadi, namun meskipun begitu disinilah salah satu pilar awal dari psikedelik modern itu lahir.

Dan sebagai penutup rilisan Pet Sounds ada Caroline, No yang cukup sederhana yang diakhiri oleh suara ambient dari Pet Sounds itu sendiri yaitu suara anjing yang mengonggong. Sungguh penutup yang cukup aneh dari satu rilisan bersejarah yang pernah diciptakan. Pet Sounds benar-benar menjadi satu pondasi musik untuk kreasi musik bagi generasi selanjutnya. Cara The Beach Boys dalam bereksperimental lewat musik dan lirik mampu menciptakan rilisan pop yang bisa penulis katakan sebagai masterpiece ini.

Disinilah The Beach Boys berbicara mengenai definisi pop itu sendiri lewat rilisan Pet Sounds yang dibawakan dengan cara yang cukup sederhana namun rumit. Inilah Power Pop yang sebenarnya. Kejeniusan yang diciptakan bukan dengan cara yang rumit, tetapi sederhana dan menarik namun tetap rumit di satu sisi. Dan inilah Pet Sounds, sebagai warisan masa lalu yang luar biasa. An Perfect Album!


Artist
The Beach Boys

Album
Pet Sounds

Rilis
1966

Genre
Pop, Power Pop, Classic Rock

Rating
10 | 10

____________________________________

Read more

The Middle East | The Recordings Of The Middle East

  
Pertama kali penulis mengenal The Middle East yaitu ketika mencoba mencari siapa artist lain yang karakter musiknya mirip dengan Sigur Ros. Meski ada beberapa yang mencoba mirip tetapi dengan karakter musik yang tetap berbeda, namun belum menemukan band yang benar-benar mirip sama Sigur Ros. Hingga suatu saat, ada rekan penulis yang mengenalkan band yang berasal dari Australia yaitu The Middle East kala itu yang 'katanya' ada tembang dari salah satu rilisannya yang sangat mirip dengan karakter musik Sigur Ros. Meskipun begitu, The Middle East tidak sepenuhnya mirip karena lebih bermain di area folk dan akustik. Tetapi sebuah tembang yang berjudul Pig Food pada rilisan The Recordings Of The Middle East membuktikannya.

Namun The Middle East tidak ingin mencoba menjadi Sigur Ros, tetapi mereka berdiri dengan pondasi sendiri, dengan musik sendiri dan dengan gaya mereka sendiri. Dengan mengusung tema indie folk dengan komposisi akustik yang mendominasi serta ada unsur ambient dan sedikit sentuhan post-rock, jadilah The Middle East yang menjadi salah satu artis Australia dalam kategori underated yang bisa saya katakan sama dengan band Laura yang berlainan genre musik tetapi tetap dalam kategori underated.

The Recordings Of The Middle East dibuka lewat tembang akustik yang cukup ringan yaitu The Darkest Side. Permainan gitar yang ringan dengan duo vokalis yang berduet membuat tembang ini begitu dingin dan menyenangkan untuk didengarkan disaat santai malam. Kemudian Beleriand mencoba memasukan unsur post-rock dibagian awalnya yang lantas dipadu dengan akustik gitar dengan nuansa ambient yang cukup haunting pada komposisi musiknya. Lalu hadir tembang Lonely yang cukup manis sebagai indie folk serta ambient yang menenangkan nan galau tetapi sekaligus indah.

Blood adalah salah tembang yang menarik di rilisan ini, musik akustik dengan sentuhan folk yang cukup kental dipadu dengan lagu dengan lirik menarik serta permainan glockenspiel yang beradu padu dengan komposisi musiknya membuat tembang ini cukup renyah untuk konsumsi telinga anda. Setelah itu ada Fools Gold yang bermain di ranah akustik dengan ambient minimalis yang menarik, terutama ketika tiga orang bernyanyi bersahut-sahutan yang mengisi kekosongan musik.

Ketika Pig Food dibunyikan, sontak ingatan penulis akan Sigur Ros langsung menyeruak di kepala. Dan disinilah penulis mengenal The Middle East yang mirip dengan Sigur Ros yang hanya di lagu ini saja. Musik dari Pig Food sangat kental akan musik Sigur Ros era The Bracket Album ( ) yang seluruhnya menggunakan bahasa hopelandic. Dan disinilah The Middle East hadir dengan caranya sendiri, membawakan tembang post-rock ini dengan cara yang berbeda. Kemudian tembang selanjutnya dibawa dengan cara yang cukup aneh, kemampuan untuk mengeskplorasi musik ambient minimalis dengan permainan elektronik sehingga mampu menciptakan satu tembang yang cukup disturbing serta haunting sehingga mampu membuat bulu kuduk berdiri. Memang tidak brutal, tetapi nuansa akan komposisi musiknya sangat sesuai dengan judulnya yaitu The Fall of Man. Dan bagi penulis, ini adalah satu tembang yang cukup jenius yang pernah diciptakan The Middle East.

Setelah diguyur dengan rasa ketakutan yang cukup menggangu di tembang sebelumnya. The Middle East memberikan sentuhan magical yang indah yang dibawakan bukan dengan cara yang rumit namun cukup sederhana, namun hal tersebut menjadikan tembang sepanjang 13 menit ini sebuah penutup yang indah. Tsietsi mampu menyihir anda untuk mendapatkan sensasi yang cukup luar biasa, anda akan dibawa ikut terbang bersama dengan The Middle East dengan melewati awan lalu menembus dinginnya udara di waktu subuh dan menikmati matahari terbit di puncak gunung. Akhirnya memberikan anda terang yang indah setelah gelap malam dengan segala kengeriannya berlalu. Sungguh penutup yang jenius pula untuk sebuah rilisan yang istimewa.

Inilah rilisan independent oleh The Middle East yang cukup fenomenal di tahun 2008 kala itu. Namun ketika masuk label dan dirilis ulang pada 2009 di Inggris maupun 2010 di Amerika, ada beberapa tembang yang dibuang. Dan parahnya, tembang yang dibuang itu adalah tiga tembang terakhir di rilisan original mereka yaitu Pig Food, The Fall of Man dan Tsietsi. Dengan pembuangan tiga tembang tersebut, The Middle East lebih dikenal dengan band yang bermain di ranah folk. Namun meskipun begitu, perilisan ulang juga disertai dengan cover album yang baru yang dilukis oleh Imogen Heap. Bukan cover dengan background hitam itu dengan siluet wajah manusia, seperti yang tertera di awal tulisan ini.

Akhir kata, rilisan ini adalah album yang sangat luar biasa. Beragam genre diracik menjadi satu di dalam rilisan ini. Namun meskipun beragam, ciri khas utama dari musik The Middle East tidak luntur begitu saja namun menjadi kuat. Dan disinilah The Middle East bermain-main dengan telinga anda lewat sentuhan magic pada musiknya. Great Album!



Artist
The Middle East

Album
The Recordings Of The Middle East

Rilis
2008

Genre
Acoustic, Folk, Ambient, Post-Rock

Rating
9 | 10

_____________________________________

Read more

The Browning | Burn This World


Apa yang terjadi ketika kesucian metal yang sudah menjadi satu bentukan kvlt dinodai oleh sekelompok orang yang ingin bereksperimental dalam mengembangkan genre metal. Pasti akan terjadi pro dan kontra. Dan itu terjadi ketika The Browing yang berasal Los Angeles Amerika ini mencoba bereksperimental akan hal tersebut. Meskipun bukan pure metal atau metalcore yang mungkin bisa dikatakan lebih condong ke arah deathcore, peleburan genre elektronik yang mengadaptasi trance dan mungkin dubstep menjadi satu titik baik maupun fatal. Ibaratnya seperti pedang bermata dua, disatu sisi baik namun disisi yang lain buruk. Baik dalam hal mengeksplorasi genre dengan berexperimental, buruk dalam hal mencabik genre yang sudah ada.

Semua kesalahan ini dimulai ketika Attack Attack! mencoba melebur Metalcore dengan Trance yang akhirnya menjadi satu bentukan kvlt baru dikalangan teen angst. Mungkin hal yang sama terjadi ketika brokeNCYDE menciptakan jenis genre baru yaitu crunkcore yang menggabungkan crunk hip hop dengan screamo untuk mencoba menjadi keren sesuai dengan pencarian jati diri anak muda. Disini The Browning yang kalau penulis pikir dan simak bahwa penamaan nama 'The Browning' juga aneh untuk nama band deathcore, mencoba melebur kebrutalan Deathcore dengan kebrutalan musik lantai dansa yaitu Trance dengan sedikit sentuhan Dubstep yang menjadikan rilisan Burn This World menjadi satu rilisan teraneh yang pernah penulis dengar dan kesan aneh yang sama terjadi ketika mendengarkan trancecore dari Attack Attack!.

Burn This World terlalu monoton. Dari tiga belas tembang yang terangkum dalam rilisan ini, semuanya hampir serupa. Perpaduan yang jelas antara musik elektronik yang berkolaborasi dengan deathcore juga terangkum dengan baik di rilisan ini. Namun bagi penulis sendiri, itu malah terdengar aneh. Synth electro dengan nuansa kelam muncul dan mendominasi ketika No Escape sebagai tembang awal di dengungkan. Ibaratnya ketika masuk ke dalam dunia post-apocalypse ketika kebrutalan dan teknologi bersatu. Andai kalau bisa dikatakan ke dalam dunia game, Burn This World mirip dengan Deus-Ex.

Bentukan gilanya begini, coba bayangkan ketika seorang pembunuh brutal yang menembaki orang-orang disekitarnya lalu melompat sambil berdansa sambil terus menerus menembaki orang-orang disekitarnya sambil terus berdansa dan tertawa terbahak-bahak. Itu adalah sebuah ilustrasi yang menggambarkan betapa absurd namun sekaligus gila atas apa yang ditawarkan oleh The Browning lewat Burn This World.

Hal yang aneh punya dapat dirasakan ketika disatu sisi telinga anda dihajar dengan riff riff cadas yang mengakibatkan kepala berheadbanging ria mengikuti riff cadas tersebut yang akhirnya dimentahkan dengan dentuman bass berat dengan beat ala house music dengan permainan synth yang sangat kental.

Jujur saja, tiga belas tembang yang terangkum dalam rilisan ini terdengar sama meski berlainan. Beberapa ada yang menarik seperti Standing On the Edge dan juga Time Will Tell yang menawarkan oase baru untuk penyimak musik. Tetapi disini timbul pertentangan dari telinga penulis dan pertentangan itu terlalu kuat untuk bisa menerima hal baru di luar kebiasaan yang sudah ada. Sehingga menjadikannya suatu bentukan guilty pleasure, dan sama halnya ketika penulis mencoba dan mulai memahami brokeNCYDE lewat crunkcore yang mereka bawakan.

Well, The Browning lewat Burn This World adalah cara terbaru untuk menikmati elektronik metal dengan cara yang aneh. Dan ini justru berbanding terbaik ketika penulis mencoba mendengarkan elektronik metal yang dibawakan oleh Kekal di rilisan terakhirnya yang rumit sekaligus menarik. Tetapi inilah Burn This World dengan segala warnanya, baik atau buruk itu telinga anda yang bisa menilai. Namun bagi penulis, ini adalah sebuah kesalahan yang cukup fatal.


Artist
The Browning

Album
Burn This World

Rilis
2011

Genre
Deathcore, Trancecore, Electronic Metal

Rating
2 | 10

______________________________________

Read more

Chelsea Grin | Chelsea Grin (ep)


Nun jauh disana ketika kaum Ogre yang kumuh yang sudah biasa hidup dengan para Troll membuat band bersama. Namun hal yang tidak mengenakan terjadi ketika ada seorang hobbit buruk rupa yang dinamakan Gollum mendekat dan menawarkan diri untuk menjadi vokalis utama, dan jadilah Ahaziah yang kemudian merubah nama mereka menjadi Chelsea Grin. Dengan membawakan Deathcore, inilah Chelsea Grin dengan rilisan debut self titled EP mereka.

Tidak banyak yang ditawarkan oleh Chelsea Grin disini selain brutal musik Deathcore mereka dengan duo vokalis yang bersuara seperti ogre yang mungkin bisa dikatakan sebagai manusia babi karena suaranya memang mirip babi dan seorang lagi bersuara seperti gollum yang menjadi karakter penting di film Lord of The Rings. Jujur saya, penulis sangat bosan dengan banyaknya breakdown disini dan sangat overated mendominasi. Ibaratnya 5 tembang di dalam EP mereka ini adalah 5 tembang breakdown yang sangat berlebihan. Memang sih, breakdown adalah ciri utama dari band-band deathcore tetapi dengan penggunaan yang berlebihan pasti hasilnya tidak terlalu bagus dan sangat over.

Sebenarnya lewat self titled EP mereka ini, Chelsea Grin berpotensi bagus. Itu terbukti dengan permainan gitar yang lumayan apik serta sedikit sentuhan simfoni pada komposisi musiknya. Itu sebenarnya bagus untuk menutupi deathcore yang cenderung itu-itu saja dalam komposisi musiknya. Namun, ketika sentuhan secuil itu dilakukan maka hanya akan menjadi pelengkap komposisi deathcore nan monoton mereka.

Chelsea Grin membuka rilisan self titled mereka Crewcabanger dengan scream serta pig squeal dengan irama bertempo cepat yang kemudian lantas masuk ke dalam breakdown yang hampir mendominasi lagu meski ditutup secara fade out yang digantikan suara simfoni yang menarik. Anathema Of The Sick sebagai tembang selanjutnya langsung menghajar dengan telinga anda dengan riff bertempo cepat, namun anehnya ketika vokal babi dan gollum mulai mengisi suaranya langsung breakdown itu dimulai. Sekali lagi, itu sangat mendominasi dan tidak nyaman yang langsung dilanjut tanpa henti dengan Cheyne-Stokes di posisi ketiga bersuara sama dengan sebelumnya, dengan riff-riff berat dan lambat berpadu satu dengan vokal babi dan gollum meski sentuhan clean melodi gitar cukup menarik tetapi tidak membuatnya menjadi lebih baik lagi.

Disgrace langsung menghentak dengan cepat, namun sekali lagi ciri khas yang sama tetap diulangi kembali disini. Breakdown yang mendominasi tidak membuat tembang ini menarik. Yang terdengar hanyalah paduan suara babi dan gollum yang dibalut dengan breakdown deathcore. Namun yang menarik adalah ketika akhiran tembang ini menjadi pembuka tembang selanjutnya adalah Lifeless yang langsung dibuka dengan breakdown dan diakhiri dengan sampling desah dan lirih suara wanita yang mencapai titik orgasme. Yang kemudian ditutup dengan tembang Recreant yang bertema sama.

Sebenarnya rilisan self titled debut mereka ini sangat berkonsep, itu dibuktikan dengan sambung menyambung lagu dari akhiran lagu menjadi awalan lagu berikutnya. Namun, ketika berbicara masalah breakdown yang sudah sangat over meskipun breakdown adalah ciri utama dari deathcore, maka hasilnya akan menjadi overated. Chelsea Grin sebenarnya bertalenta bagus lewat permainan solo gitarnya, tetapi itu kurang di eksplor lebih dalam dalam komposisi musiknya sehingga band yang ingin menjadi 'Death Metal' ini tidak bisa dikatakan demikian karena sangat kental nuansa Deathcore yang ada didalamnya.

Well, album ini tidak untuk semua pendengar musik. Bahkan untuk penggemar deathcore secara general. Tetapi bisa jadi, album ini bisa menjadi suatu contoh untuk mengenal lebih dalam kepada pendengar awam apa itu deathcore dengan breakdown yang menjadi ciri khasnya. Dan disitu, Chelsea Grin yang berasal dari Amerika ini bisa menceritakannya dengan jelas. Apa itu yang dinamakan breakdown.


Artist
Chelsea Grin

Album
Chelsea Grin (ep)

Rilis
2008

Genre
Deathcore

Rating

3 | 10

________________________________

Read more

Muse | Origin Of Symmetry

 


there's a riff will bleed your ears ...
and yes ...
there will be blood when listen the killer riff !


Muse, jika berbicara mengenai band yang satu ini pasti tidak akan terlepas dari sosok jenius Matthew Bellamy yang menjadi otak dari Muse. Sebagai seorang multi instrumentalist dan penulis semua lagu Muse, Bellamy dengan Christopher Wolstenholme dan Dominic Howard menjadikan Muse menjadi satu bentuk kekuatan dalam pecaturan industri musik dunia. Kemampuan mereka bereskperimental dalam meracik bunyi bunyian baru yang tertuang dalam musik mereka dibuktikan lewat sebuah rilisan yang berjudul Origin Of Symmetry. Sebuah totalitas Muse dalam bermusik yang menjadikan mereka begitu dikenal banyak orang pada satu dekade yang lalu, setelah sebelumnya cuma menumpang mirip dengan Radiohead dengan album The Bends lewat rilisan debut mereka yaitu Showbiz.

Origin of Symmetry adalah sebuah permulaan tentang sebuah orisinalitas musik Muse yang menjadi tolak ukur tertentu bagi sebagian pengagumnya. Dan bahkan menjadi sumber inspirasi bagi band tertentu dalam kreasi musiknya. Meski kalau bisa dibilang, nama Muse mendunia lewat rilisan Absolution pada tahun 2003 yang juga menjadi tahun dimana penulis mengenal dan menyukai Muse lewat rilisan Absolution. Tetapi disini penulis tidak berbicara banyak mengenai Absolution, tetapi sebuah awal dari sebuah simetri musik Muse lewat Origin of Symmetry.

Bereskperimental dengan church organ, Origin of Symmetry dibuka lewat New Born yang awalnya dimanjakan dengan suara organ dan kemudian dibanting dengan permainan riff riff gila dari gitar Bellamy serta suara vokal berfalseto yang sangat berkarakter itu. Selanjutnya masuk ke dalam nuansa space rock, Muse langsung menggebrak lewat Bliss yang sangat kental nuansa space rock dengan klimaks yang membuat anda melayang sejenak. Tak hanya disitu, Muse mengajak bersantai lewat Space Dementia yang galau. Diracik dengan bebunyian yang cukup aneh, membuat tembang ini menjadi cukup memabukan.

Ketika Hyper Music didengungkan, itu menjadi pertanda suatu fase dimana trance gila ala Muse dimulai. Dengan komposisi musik yang unik dengan permainan bass yang kental serta suara vokal Bellamy yang cukup haunting membuat tembang ini cukup menarik sebagai soundtrack headbanging anda. Setelah itu Muse menghajar telinga anda lewat Plug In Baby dengan riff gitar dan bass yang merobek telinga serta lengkingan suara Bellamy yang menusuk telinga di bagian akhir. Tak hayal, penulis mendapat eargasm disini dan itu cukup memuaskan.

Riff akan semakin menggila dan siap menghancurkan telinga anda sampai berdarah-darah lewat Citizen Erased. Tetapi Muse tidak sekejam itu karena dibagian pertengahan nuansa menjadi lebih ringan dan bahkan membuat anda melayang dalam kegalauan tak menentu. Dan ketika hilang kesadaran sejenak akibat candu musik Muse, Micro Cuts dilagukan dengan kegalauan tingkat akut dengan pitch yang sangat tinggi dari suara vokal Matthew Bellamy. Dan dengan candu morfin bernama Screenager, anda akan dibawa menuju suatu alam khayal dengan setengah kesadaran anda. Tak cukup puas dengan itu, Darkshines menyempurnakan sensasi yang telah terjadi sebelumnya.

Setelah melewati sensasi beragam kegalauan, Muse mencoba menawarkan nuansa yang berbeda lewat tembang Feeling Good yang sexy dengan sedikit sentuhan jazz ini membuat cover dari tembang Nina Simone ini memiliki cita rasa yang berbeda. Salah satu cover terbaik lagu Feeling Good dari Muse selain yang dibawakan oleh Michael Bubble atau juga Adam Lambert di American Idol. Dan sebagai penutup, Muse mencoba bereksperimental dengan church organ lewat Megalomania sebagai penutup yang cukup epic.

Dengan segala cara bermain musik dengan bunyi bunyian alternatif, Muse dengan Origin Of Symmetry mampu menancapkan kuku yang cukup dalam kancah scene musik ini. Ciri khas utama dari permainan gitar Matthew Bellamy serta karakter vokal yang unik dan juga penulisan lirik yang menarik membuat Origin of Symmetry patut diberi apresiasi yang tinggi. Dengan penyusunan komposisi musik yang apik, penulis sarankan bahwa album ini adalah sebuah album yang harus anda dengarkan sebelum anda tiada. A Must Listen Album!

Artist
Muse

Album
Origin Of Symmetry

Rilis
2001

Genre
Alternative, Alternative Rock, Space Rock

Rating
9 | 10
_______________________________________

Read more

Dewa | Bintang Lima

 

Hawa tercipta di dunia untuk menemani sang Adam
Begitu juga dirimu tercipta tuk temani aku ...


Menurut sebagian orang dan termasuk penulis, DEWA 19 sudah mati di akhir dekade 90'an ketika sang vokalis yaitu Ari Lasso dan Erwin Prasetya dipecat karena terkena kasus narkoba serta drummer Wong Aksan dipecat juga karena permainan drum-nya terlalu jazz. Album terakhir DEWA 19 adalah album Pandawa Lima yang terkenal dengan single Kirana lantas menjadi kenangan semu memasuki awal dekade 2000. Namun,separuh nafas dewa 19 masih tercium ketika mereka merilis sebuah album baru yang sebenarnya masih dianggap remeh karena berganti secara total personel mereka kecuali Ahmad Dhani dan Andra Ramadhan. Meski dengan vokalis baru dengan karakter vokal yang cukup unik yaitu Once Mekel dan Tyo Nugros di posisi drum. Akhirnya Dewa 19 telah mati dan bertransformasi menjadi Dewa dengan rilisan bertajuk Bintang Lima.

Karakter musik di Bintang Lima, separuh nafas dewa 19 masih tercium meski sempat berubah apalagi karakter vokalis baru mereka yang benar-benar berbeda dengan vokalis mereka terdahulu. Namun, kejutan sungguh terjadi ketika single-single yang ada di Bintang Lima meledak dipasaran dan single-single itu menjadi soundtrack penulis di kala itu. Pesimisme atas kualitas musik akibat konflik yang terjadi di tubuh 'Dewa 19' langsung menjadi sirna karena single-single hebat dari Bintang Lima disuarakan dengan baik.

Sebenarnya rilisan Bintang Lima hanya terdiri dari 9 Lagu namun ada tambahan 2 lagi yaitu Mukadimah sebagai intro dengan bumbu simfoni dan 1000 Bintang sebagai outro. Sejatinya, Roman Picisan adalah tembang pembuka di album ini. Cukup menarik karena ada sentuhan string violin di komposisi musiknya. Lanjut ke Dua Sejoli yang menjadi soundtrack penulis saat itu, komposisi ambient drum loop serta permainan gitar menghantui suasana tembang ini serta sentuhan violin yang syahdu serta lirik roman nan memikat hati, membuat tembang ini menjadi cukup emosional. Penggalan lirik "hawa tercipta di dunia untuk menemani sang adam, begitu juga dirimu tercipta tuk temani aku" seakan tak lepas dari ingatan penulis saat itu. Risalah Hati di lagu selanjutnya menurut penulis cukup biasa sebagai lagu pop, tetapi klimaks tembang ini dengan sentuhan suling dan vokal wanita cukup memberikan warna.

Separuh Nafas adalah sebuah mahakarya Dewa dengan formasi barunya. Komposisi musik, termasuk lirik adalah yang terbaik. Dibuka dengan raungan gitar dengan drum beat yang renyah serta efek ambient dari gitar membuat tembang dengan nada menarik ini menjadi salah satu daya tarik utama di dalam Bintang Lima. Kemudian ada Cemburu dengan sentuhan pop rock yang membuat semangat, Hidup Adalah Perjuangan juga demikian. Meskipun begitu, Dewa tidak meninggalkan pop balladnya seperti yang terdahulu dan itu sangat nampak di Lagu Cinta. Dan Cinta Adalah Misteri juga membawakan tema serupa yang ringan dan renyah. Tembang terakhir di Bintang Lima adalah Sayap-Sayap Patah yang dibuka dengan vokal Ahmad Dhani yang berkolaborasi dengan Once dibagian chorusnya. Irama pop rock dengan penulisan lirik berpuisi membuat tembang ini menjadi pas sebagai tembang penutup sebelum outro album ini yaitu 1000 Bintang.

Bagi penulis sendiri rilisan Bintang Lima dari Dewa (bukan 'Dewa 19' yang saya nyatakan telah mati di penghujung dekade 90'an) adalah rilisan terbaik mereka. Skill bermusik serta penulisan lirik yang menarik dan kemampuan setiap musisinya membuat album yang begitu menarik. Namun, setelah rilisan ini meledak sang mastermind Dewa menjadi besar kepala dan arogan sekaligus kehilangan kemampuan bermusiknya dan itu terbukti bahwa penulis tidak suka dengan rilisan setelah album ini. Akhirnya Bintang Lima dari Dewa adalah warisan terakhir dari semangat 'Dewa 19'. Dan album ini memang berkualitas Bintang Lima. Great Album!



Artist
Dewa

Album
Bintang Lima

Rilis
2000

Genre
Pop, Pop Rock

Rating
8 | 10

______________________________________

Read more

Phurpa | Trowo Phurnag Ceremony

  
Terdiam sepi di batas ambang keheningan tengah malam dimana suasana tenang menyelimuti diri yang sedang duduk sendiri sambil membakar kemenyan. Tak lama asap kemenyan semerbak memenuhi di sekitar diri dengan bau-bauan yang menusuk hidung dan sementara mulut berkomat-kamit memanggil mahluk dari alam lain untuk datang dan menemani diri. Tak lama kemudian mahluk gaib berwujud tak mengenakan mata dan telinga itu datang dan menyapa, terlihat wajah buruk rupa yang sedang bersenandung siap untuk menyantap sesajen yang sudah disiapkan sebelumnya.

Sementara sang mahluk sedang menyantap sesajen, tiupan dari suling dan simbal menghalau sang mahluk untuk tidak marah dan murka. Bunyi bel dan gong juga membuatnya tenang. Setelah itu sang mahluk berbicara kepada penulis tentang apa yang menjadi kemauan penulis karena sudah memanggil mereka dari alamnya. Sambil terus terdiam dan berbicara melalui mata batin, penulis mendengar perkataan mereka dengan suara yang membuat bulu kuduk merinding.

Phurpa, sang monster telah berbicara dengan suara yang menusuk telinga. Segala keinginan dan kemauan telah disampaikan dengan sempurna lalu meninggalkan penulis setelah ritual selesai. Namun sebelum kesemuanya selesai, ada 7 tingkatan yang harus dilalui untuk mendapat pencerahan lewat seremoni ritual yang dinamakan Trowo Phurnag Ceremony.

Yang pertama adalah Fundamental Mantra Of Bon yang menjadi tahap awal pengenalan mantra dan tata cara. Kedua adalah Introduction yang dimana menjadi satu bentuk permulaan sebelum proses transformasi dengan sang monster terjadi. Ketiga adalah The Visualization yang menjadi bentuk penampakan sang monster agar penulis bisa berkomunikasi dengan baik. Keempat adalah Conferring Empowerment And Self-Transformation dimana terjadi proses transformasi dengan sang mahluk. Ritual sepanjang 30 menit ini wajib dilakukan agar mencapai titik sempurna. Kelima adalah Emanating The Retinue Of The Deity yang melanjutkan proses transformasi. Keenam adalah The Charge To Action yang menjadi saat untuk melakukan aksi setelah penyatuan telah sempurna. Dan yang terakhir di tingkatan ketujuh adalah Puja Offering And Praises dimana segala pemujaan dan pemujaan berakhir.

Setelah semua itu berakhir beserta dengan redupnya api dari bakaran kemenyan serta asap yang telah menghilang serta bebauannya. Penulis menjadi terdiam sepi kembali di ambang batas keheningan tengah malam.

Phurpa sang monster sebenarnya adalah metamorfosis dari ritual keagamaan Bon dari Tibet yang dicoba dilakukan kembali oleh Alexey Tegina dan Purba dari Russia. Bon identik dengan animisme dan okultisme pada awalnya, lalu masuk namun berbeda dengan agama Budha di Tibet. Ambient dan Dark Ambient Phurpa bukan untuk semua orang, siap-siap saja anda akan didatangi sang mahluk yang kemudian merasuki jiwa anda dan membuat anda kerasukan oleh roh berwujud monster yang tidak terlihat oleh mata anda. Tapi dapat anda rasakan keberadaannya di sekitar anda karena anda dapat mendengar suara mereka berbisik di telinga anda.


Artist
Phurpa

Album
Trowo Phurnag Ceremony

Rilis
2008

Genre
Traditional, Ritual, Drone, Ambient, Dark Ambient

Rating
1 | 10

________________________________

Read more

Primus | Green Naugahyde









This is Rock !
This is Metal !
This is Alternative !

and yes ...

This is WEIRD !! Primus telah kembali dengan gaya bermusik yang cukup dibilang aneh lewat rilisan Green Naugahyde pada bulan September 2011. Sebuah penantian album yang cukup lama dengan interval yang cukup lama pula yaitu 12 tahun setelah rilisan Antipop pada tahun 1999. Meski sempat bubar pada tahun 2001 dan kembali lagi pada tahun 2003, Primus tidak pernah merilis album baru sekalipun. Yang tersisa hanyalah sekumpulan EP dan album hits mereka.

Berbicara mengenai Primus, pasti tidak lepas dari sosok living legend nan nyentrik yaitu Les Claypool dengan vokal serta senjata mautnya yaitu instrumen bass. Dedikasi Claypool pada instrumen bass membuat dirinya menjadi salah satu basis terkemuka di dunia, terlebih lagi Claypool juga menggunakan instrumen musik yang unik seperti The Whamola yang dimainkan dengan cara digesek pada komposisi musiknya. Dan dari situlah keunikan bunyi-bunyian aneh dari Primus diramu dalam sebuah kanvas musik. Dengan formasi Les Claypool di bass dan vokal, Larry LaLonde di gitar dan Jay Lane di drum, band asal California Amerika ini siap membuat anda geleng-geleng kepala lewat rilisan Green Naugahyde.

Untuk para penggemar musik kebanyakan, musik Primus tidak nyaman di telinga karena sungguh terdengar aneh dan absurd, tetapi disitulah Primus bermain hingga menjadi raja di jenis musik seperti itu. Gaya bermain alternative dengan bereksperimental di tune-tune yang aneh dipadu dengan sentuhan funk menjadikan musik Primus memiliki cita rasa yang unik. Terlebih lagi gaya bernyanyi Claypool yang tidak biasa dan cenderung monolog.

Green Naugahyde dibuka dengan intro berjudul Prelude To A Crawl yang cukup haunting dengan bunyi-bunyian instrumental aneh yang segera dilanjutkan ke Hennepin Crawler. Langsung aja funk monoton disajikan lewat tembang aneh ini yang dipadu dengan monolog Claypool lewat vokalnya yang kemudian menjadi psikedelik aneh di bagian tengah dengan klimaks yang tidak nyaman. Tak lama setelah itu terdengar suara tremolo gitar di pembuka Last Salmon Man dan dilanjutkan dengan komposisi yang cukup unik dari musik dan lirik. Kemudian dengan ajaib menjelma menjadi salah satu tembang progressive rock yang cukup jenius dan epic.

Keanehan Primus dilanjutkan lewat Eternal Consumption Engine dengan permainan dominan drum dan perkusi. Ditambah lagi dengan vokal aneh Claypool menjadikan tembang aneh ini luar biasa aneh tetapi tidak abstrak yang menjadikannya menarik ketika perpaduan vokal dengan lirik satir menyeruak di akhir lagu. Setelah itu kembali lagi ke funk aneh lewat Tragedy's A' Comin' yang cukup memukau. Lalu ke Eyes Of The Squirrel yang cukup monoton di awal namun menjadi menggila di tengah dan kemudian menjelma menjadi satu kegilaan bunyi sampai akhir.

Jilly's On Smack menjadi salah satu bentuk eksperimental dari Primus dalam menggunakan raungan suara bass lewat instrumen The Whamola yang digesek dengan bow cello. Built up yang ada di bagian pertengahan tembang ini membuat penulis mengalami eargasm meski itu dengan bunyi yang aneh dan tidak nyaman di telinga. Dan keanehan itulah yang menjadikan tembang Jilly's On Smack cukup epic. Dan Lee Van Cleef yang hadir setelahnya cukup menghibur, dengan rock n roll aneh dengan sedikit sentuhan reggae pada tune tune unik membuat tembang ini cukup bisa membuat anda berdansa rock n roll tapi tetap dengan cara Primus, bukan yang lain.

Moron TV memang benar-benar karya moron dari Primus, entah apa yang ada di dalam pikiran mereka untuk bisa menciptakan tembang yang sebenarnya haunting ini menjadi satu bentukan absurdisme tingkat akut yang membuat penulis tersenyum ketika mendengarkannya. Lalu di Green Ranger yang monoton, tetap saja Primus menghibur penulis dengan musik abstrak mereka.

Setelah itu coba anda bayangkan perpaduan Thrash Metal dengan Funk, rasanya cukup aneh ketika kedua genre musik itu dipadukan. Tetapi Primus mampu memadukannya secara luar biasa lewat HOINFODAMAN yang menjadikannya satu bentukan Thrash-Funk yang cukup menawan. Tak berhenti sampai disitu, Primus langsung menghajar telinga anda lewat Extinction Burst yang melanjutkan apa yang telah ada sebelumnya dengan permainan progressive yang cukup kuat. Dan sebagai penutup ada Salmon Men yang dibuat sebagai outro dengan mengambil lirik dan lagu Last Salmon Man dengan perpaduan polka pada musiknya.

Absurd dan aneh namun cukup menawan dan jenius. Perbedaan setipis kertas antara idiot dan jenius menjadikan musik Primus adalah musik yang sangat sukar di deskripsikan lewat kata. Perpaduan bunyi yang dilukiskan dalam kanvas musik menjadikannya satu lukisan yang cukup susah dimengerti untuk pendengar awam, tetapi jika sang ahli sudah mahir menilai maka lukisan Vincent Van Gogh yang kekanakan itu bisa menjadi lukisan jenius yang dihargai mahal. Dan disitulah Primus berada dengan segala keunikan musiknya. A great album you've must try!



Artist
Primus

Album
Green Naugahyde

Rilis
2011

Genre
Alternative, Funk, Progressive Rock

Rating
9 | 10

______________________________

Read more

Jem | Down To Earth

  

Ketika pertama kali mendengarkan suara vokal dari Jemma Griffiths yang biasa disebut Jem, penulis langsung teringat sama Dido. Karena mereka berdua memiliki karakter vokal yang hampir sama. Namun sangat berbeda mengenai jenis musik mereka. Satu yang bisa disamakan yaitu musik ala Imogen Heap atau Frou Frou. Dengan perpaduan pop dengan sentuhan trip-hop serta sedikit bumbu funk dan rock menjadikan rilisan Down To Earth memiliki cita rasa tersendiri.

Down To Earth tidak bercerita mengenai satu jenis genre musik tetapi sangat beragam dengan ciri khasnya sendiri. Beberapa nampak biasa, namun ada yang mampu membuat penulis tercengang dengan komposisi yang ditawarkan. Down To Earth yang tidak lain menjadi judul album dan tembang pembuka berbicara tentang trip hop atmosfer yang cukup aneh. Crazy pada lagu selanjutnya cukup istimewa, irama funk dengan iringan banjo membuat tembang buat dansa ini lumayan menarik. I Want You di lagu selanjutnya lebih bercita rasa musik latin, tetapi tidak begitu menarik dan cenderung membosankan.

Satu tembang yang harus digaris bawahi pada rilisan Down To Earth adalah tembang yang berjudul It's Amazing. Yeah, this track is amazing. Memadukan trip-hop yang dibuka dengan dentingan piano yang kemudian masuk ke dalam alunan trip-hop yang cukup apik. Dan begitu juga dengan Keep On Walking namun disini sedikit terasa membosankan. Tembang pop dengan iringan piano serta string yang cukup manis dan sangat emosional ini berhasil dilakukan dengan Jem dengan Vusi Mahlasela lewat You Will Make It. Penulis sempat merinding ketika mendengarkan tembang ini berulang-ulang, terutama sewaktu klimaks dengan sentuhan world music khas africa lewat vokal Vusi Mahlasela dan monolog Jem yang membuatnya sangat special.

Ada sentuhan baroque di balutan trip-hop pada tembang I Always Knew, citarasa unik yang membuatnya merupakan paduan klasik dan modern sekaligus. Lalu ada Got It Good sebagai tembang pop manis. Seperti yang penulis katakan di awal, tidak ada genre yang pasti di album ini. Tembang Aciiid! menjadi satu bentukan electronic pop mainstream yang ada saat ini dan Jem menjadi sedikit naughty & bitchy di sini. Dan itu berbeda dengan tembang sebelumnya. How Would You Like It adalah tembang pop rock yang tidak terlalu istimewa. Lalu And So I Pray selayaknya lagu-lagu indie kebanyakan. Dan akhirnya ada On Top Of The World sebagai tembang penutup di Down To Earth yang cukup menarik.

Dengan Down To Earth, Jem menceritakan tentang kehidupan manusia yang berhubungan dengan alam dan lingkungan sekitar. Serta hubungan di dalam komunitas sosial. Penulisan lirik yang baik dan tidak selalu berbicara mengenai cinta yang terkadang menjadi basi karena terlalu umum. Well, Down To Earth dengan keberagaman genre-nya mampu menceritakan banyak perbedaan yang ada di dunia ini yang sama sekali tidak sama dalam kehidupan manusia. Dan itu dibuktikan dengan rilisan multi genre bertajuk Down To Earth.


Artist
Jem

Album
Down To Earth

Rilis
2009

Genre
Pop, Trip Hop, Female Vocalists

Rating
7 | 10

____________________________

Read more

Aly & Fila | Rising Sun

  
Begitu banyak musisi trance di dunia, ada satu yang paling menarik dan kalau bisa dibilang termasuk underated yaitu duo DJ Aly Amr Fathalah dan Fadi Wassef Naguib yang lebih di kenal dengan nama Aly & Fila yang berasal dari Mesir ini. Berawal akan kecintaan mereka sama musik yang diciptakan Paul Van Dyke mereka memutuskan untuk menjadi musisi trance. Dan setelah tujuh tahun berkarir di dunia musik lantai dansa, akhirnya pada tahun 2010 kemarin mereka merilis studio album pertama mereka Rising Sun.

Satu yang menarik dari komposisi musik Aly & Fila adalah musik trance atmosferik yang mampu beradu dengan vokal namun vokal tidak mendominasi komposisi sehingga musik trance yang mereka mainkan tidak terbanting oleh vokal. Meskipun banyak kolaborasi dengan artis di rilisan Rising Sun ini, tetapi trance yg mereka mainkan tetap terasa dan bukan menjadi musik pengiring sang artist tetapi justru vokal artis itu sendiri yang mengiringi musik yang dimainkan oleh Aly & Fila.

Satu ciri khas yang mendominasi lagi adalah uplifting atau dengan kata lain yaitu membangun alur sampai titik klimaks yang berpadu dengan komposisi musiknya. Sehingga bisa penulis katakan, Aly & Fila berhasil membuat susunan tune yang cukup bisa dikatakan epic. Dan itu tidak bisa dipungkiri, ketika telinga penulis begitu dimanjakan dengan 15 lagu yang ada di dalam rilisan ini.

Rising Sun dibuka dengan sempurna lewat tembang berjudul Medellin yang cukup epic sebagai intronya karena mampu membuat penulis merinding ketika mendengarkannya. Setelah itu langsung saja disuguhkan It Will Be Ok dengan Katherine Crowe yang cukup manis. Tembang ketiga ada My Mind Is With You yang berkolaborasi dengan Denise Rivera yang mampu menaikkan adrenalin anda. Dan itu dibuktikan ketika tembang instrumental bertajuk Rosaires dibunyikan. Instrumental Trance yg dibuat sama Aly & Fila disini benar-benar membuat penulis mengalami eargasm akan komposisi musiknya. Dibuka dengan tempo cepat dengan atmosfer khas etheral kemudian alur terus naik sampai akhirnya di pecah dibagian tengah dengan memainkan musik ala etheral dengan sedikit sentuhan simfoni yang membangun alur sampai menggila di klimaksnya. This is the real trance, an uplifting epic track.

Overall, dari 15 lagu yang ada di album ini ada beberapa yang tetap standar dan biasa. Namun ada yang istimewa bahkan bisa dikatakan epic, dan itu rata-rata pada tembang instrumental yang layak didengarkan seperti Menes, Khepera, Sandgroper dan Rising Sun. Dan akhirnya, penulis cukup gembira mendengarkan satu rilisan dari Aly & Fila dari Mesir dengan satu rilisan berjudul Rising Sun. Dan penulis katakan, Aly & Fila termasuk salah satu musisi underated di scene musik lantai dansa ini. Great!



Artist
Aly & Fila

Album
Rising Sun

Rilis
2010

Genre
Trance, Uplifting Trance, Progressive Trance

Rating
7 | 10

________________________________


Read more

Armin Van Buuren | Mirage




Bermain di area musik lantai dansa, salah satu yang paling menarik adalah ketika mendengar sebuah musik instrumental dari seorang DJ yang membangun alur dari nol dan kemudian menuju ke titik adrenaline tertinggi yang mengakibatkan seseorang menjadi kesetanan sesaat karena musiknya. Dan hal ini yang dinamakan trance. Dinamakan begitu karena trance adalah cara membangun alur lewat sebuah musik yang mengakibatkan seseorang mengalami kesetanan. Salah satu DJ yang paling piawai dalam hal itu adalah seorang DJ yang berasal dari negeri kincir angin, dan dia tak lain adalah Armin Van Buuren.

Di tahun 2010, Armin merilis album studio yang empat sebagai seorang DJ. Bukan proyekan kompilasi A State of Trance yang di mix olehnya. Satu hal yang menarik menurut telinga penulis adalah mendengarkan trance karya armin yang benar2 instrumental. Dan jujur, penulis tidak terlalu suka ketika harus mendengarkan lagu yang berkolaborasi dengan penyanyi lain seperti Sophie Ellis Bextor atau Adam Young di rilisan Mirage ini. Itu dikarenakan tidak terlihat skill yang sebenarnya dan sentuhan trance menjadi berkurang bahkan tidak ada sama sekali.

Parahnya di rilisan Mirage ini, sudah terlalu banyak kolaborasi dengan artis lain. Sebenarnya ini bagus, karena trance yang sebenarnya adalah underground musik di lantai dansa menjadi bisa diterima dan masuk ke dunia mainstream. Salah satu yang berhasil dilakukan Armin yaitu ketika bekerja sama dengan Sophie Ellis Bextor lewat sebuah tembang berjudul Not Giving Up On Love.

Dan lebih parah lagi, Mirage yang berjumlah total 16 tembang ini, 10 diantaranya adalah kolaborasi dengan artis lain. Meskipun bagus dan lebih pop, tetapi justru sangat berkurang untuk mendengarkan trance yang sebenarnya dari Armin. Sehingga mengakibatkan album ini sedikit cheesy, dan ini sangat disayangkan dari seorang DJ sekaliber Armin.

Ini menjadi satu bentuk kekecewaan yang sama ketika mendengarkan rilisan DJ lain yang lebih senang berkolaborasi dengan artis lain dan mengesampingkan musik yang dia punya dan kemampuan yang ia miliki untuk bermain fundamental trance yang hanya sebuah instrumetal. Akhirnya yang tersisa cuma rasa bosan. Beruntunglah untuk penggemar trance dapat menyimak 6 lagu instrumental trance sebenarnya yang diberikan Armin untuk pendengar setianya. Dan itu cukup membantu untuk sedikit mengusir rasa bosan. Salah satu yang menarik dari itu adalah sebuah lagu yang berjudul sama dengan rilisan ini yaitu Mirage. Progressive Trance yang dibangun disini cukup bagus untuk membangun suasana, terutama ketika memasukan sedikit riff-riff metal di pertengahan lagunya. Cukup bagus ketika mendengarkannya.

Sebenarnya materi lagu cukup menarik ketika dibuka lewat Desiderium 207 yang cukup membuat merinding dan epic sebagai intronya. Yang kemudian langsung dihantam lewat Mirage untuk menaikan adrenalin. This Light Between Us cukup menarik meskipun cheesy. Selanjutnya ada kolaborasi dengan Sophie Ellis Bextor di Not Giving Up On Love membuat saya menyenangi Sophie daripada Armin, sungguh menyebalkan. Selanjutnya ada I Don't Own You yang cukup menarik, dan mampu membangun suasana. Full Focus sebagai track trance sebenarnya bisa dikembangkan lagi, tapi tidak jadinya cukup membosankan meskipun penulis suka di bagian akhir lagunya. Karena langsung berlanjut ke tembang berjudul Take A Moment yang berkolaborasi dengan Winter Kills.

Sayangnya Feels So Good dengan Nadia Ali terlalu biasa, karena Armin tidak bermain banyak disini dan kebanting musiknya meskipun bagus. Virtual Friend juga cukup bisa ketika berkolaborasi dengan Sophie, dan saya cukup terkejut dengan akustik gitar di intronya. Cukup galau lagu ini di awalnya, tetapi langsung diajak Armin untuk berdansa bersama di pertengahan lagu sambil membangun alur trance. Satu tembang yang menarik ketika berkolaborasi dengan artis lain dan disini Armin lebih mendominasi.

Drowning dengan Laura V terlalu biasa, namun itu cukup bisa diobati dengan Down To Love yang berkolaborasi dengan Ana Criado. Lalu ada Coming Home cukup bisa mengobati rasa rindu akan trance. Lumayan menarik, karena intro lagu ini adalah penutup dari lagu sebelumnya dan langsung membangun alur fundamental trance yang sangat penulis rindukan. Dan itu juga dilanjutkan ke track selanjutnya yaitu These Silent Hearts yang berkolaborasi dengan BT, disini Armin tampil dominan sehingga membuat tembang ini sangat menarik.

Setelah situasi sudah menjadi panas, langsung saja Armin membanting telinga anda dengan Orbion yang tidak lain adalah instrumental trance yang sangat bagus. Lalu dengarkanlah kolaborasi dengan DJ Ferry Corsten yang membuat tembang Minack ini cukup fenomal karena penulis sempat merinding dan eargasm ketika mendengarkan karya yang satu ini.

Akhirnya sampai di penghujung album yaitu kolaborasi Armin Van Buuren dengan Adam Young dari Owl City, sebagai tembang pamungkas album ini justru tembang ini jadi tembang yang lemah dan tidak sebagus kolaborasi dengan penyanyi lain yang ada sebelumnya. Seharusnya Armin bisa mendominasi, tetapi justru tune-tune synth pop ala Owl City sangat terdengar dengan jelas. Seharusnya lagu ini jadi lagu dari Adam Young lewat Owl City yang di mix sama Armin Van Buuren. Bagus kalau dari Adam Young, tapi mengecewakan jika ini dari Armin. Tetapi jangan berburuk sangka lebih dahulu, karena tembang ini cukup menarik untuk diputar berulang-ulang.

Overall, Mirage karya Armin Van Buuren ini bisa menjadi karya fenomenal jika dia bisa bekerja sama dengan artis lain dan tetap Armin yang mendominasi. Bukan kebanting dengan artis lain sehingga musik Armin terlupakan begitu saja. Contohnya seperti Sophie Ellis Bextor yang cukup mendominasi sehingga musik Armin langsung terbanting. Jika anda penggemar trance sejati siap-siap kecewa dengan album ini, tetapi jika suka dengan permainan Armin yang dengan sukarela terbanting oleh artis lain maka album trance yang satu ini bisa menjadi satu koleksi berharga anda. Nice one.


Artist
Armin Van Buuren

Album
Mirage

Rilis
2010

Genre
Trance, Progressive Trance, Pop

Rating
7  | 10

______________________________

Read more

blink-182 | neighborhoods


Sebuah penantian yang lama selama 8 tahun dari seorang fans yang sempat kecewa juga ketika mereka membubarkan diri atau dalam kata lain "tidak aktif sampai jangka waktu yang tidak ditentukan". Dulu sempat pesimis mereka akan kembali lagi, terutama ketika semua personil dari blink-182 membuat proyek sampingan sendiri-sendiri dan meninggalkan blink-182 demi kepuasan egoisme di band baru mereka seperti +44, Box Car Racer dan Angels & Airwaves.

Namun terjadi sebuah kejutan di tahun 2009 ketika Tom DeLonge, Mark Hoppus & Travis Barker sepakat bereuni kembali untuk melanjutkan blink-182 yang selama 6 tahun mereka tinggalan demi egoisme masing-masing di proyekan mereka yang lain. Dan akhirnya setelah 2 tahun bersama kembali di blink-182, mereka merilis sebuah album baru yang diberi nama Neighborhoods.

Sebuah album sebagai pemuas rasa dahaga setelah terakhir kali mereka merilis self-titled album di tahun 2003. Tetapi ketika setelah mendengarkan album ini, hasilnya penulis kecewa. Dan benar-benar kecewa, karena di Neighborhoods ini bukan sama sekali bukan musik dari blink-182 yang penulis kenal tetapi kalau bisa dikatakan dengan jujur bahwa album Neighborhoods ini adalah Angels & Airwaves feat. Mark Hoppus.

Neighborhoods ini terasa sekali citarasa dari Angels & Airwaves, mungkin Box Car Racer sangat kental juga disini. Dan ini sangat disayangkan, ketika penulis ingin mendengarkan the old blink-182. Sepertinya itu sudah menghilang, karena hiatus yang sekian lama dan bermain di proyekan lain sehingga menyebabkan sense musik blink-182 mereka sedikit memudar. Sangat disayangkan.

Kalau boleh penulis katakan, kalau album ini adalah album Angels & Airwaves mungkin bisa penulis maklumi. Tetapi sekali lagi, ini adalah blink-182 yang merupakan salah satu pop-punk heroes yang ada di dunia saat ini. Memang berubah itu bagus, tapi perubahan itu tidak bisa diterima begitu saja dengan baik. Apalagi ketika sudah menjadi penyuka musik blink, dari awal karir mereka.

Sebenarnya secara kualitas album ini tidak bisa dibilang cukup bagus. Rilisan Neighborhoods terbagi menjadi dua. Yang pertama adalah rilisan standart, yang kedua adalah rilisan deluxe edition. Penulis menyerah jika harus menulis rilisan standart yang berisi cuma 10 lagu dan jika dibandingkan dengan deluxe edition yang berjumlah 14 lagu. Ada empat lagu tidak ada di rilisan standart, kalau bisa penulis bilang album neighborhoods yang sebenarnya ada di deluxe edition karena lagu Snake Charmer cukup menarik meski hilang sentuhan blink. Tetapi sorry untuk yang standart edition.

Mungkin jika penulis lebih senang jika ini adalah album Angels & Airwaves dengan Mark Hoppus atau Box Car Racer. Tetapi jika ini adalah blink-182, penulis sungguh kecewa. Meski secara kualitas bagus jika ini adalah Angels & Airwaves, tetapi sangat buruk kalau ini adalah blink-182. Dan penulis cukup kecewa dengan ini. Setelah lama menunggu, ternyata cuma kekecewaan saja yang didapat dari blink-182 yang berubah menjadi Angels & Airwaves atau Box Car Racer. Maaf Angels & Airwaves ... eh blink-182.



Artist
blink-182

Album
Neighborhoods

Rilis
2011

Genre
Pop Punk, Punk Rock

Rating
1 | 10

____________________________

Read more

Todesbonden | Sleep Now, Quiet Forest

 
 
Mystic & Magical, itu sensasi yang pertama kali penulis rasakan ketika mendengarkan Todesbonden lewat sebuah rilisan berjudul Sleep Now, Quiet Forest. Biasanya penulis sempat ragu ketika akan mendengarkan band female fronted metal yang membawakan gothic metal semacam Within Temptation atau Nightwish. Tetapi musik dari Todesbonden segara menghapus pikiran semacam itu dan itu lebih dari apa yang penulis harapkan ketika dibandingkan dengan dua band tersebut.

Perpaduan neo-folk yang dicampur dengan world music atau new age serta sentuhan musik opera dengan doom metal menjadikan musik yang dipimpin oleh seorang wanita bernama Laurie Ann Haus ex band Autumn Tears dan Rain Fell Within yang memiliki ciri khas sendiri lewat vokal bak suara malaikat dengan musiknya. Hal ini dibuktikan dengan sebuah rilisan berjudul Sleep Now, Quiet Forest yang bisa penulis katakan bahwa inilah gothic music yang sebenarnya dan itu adalah absolut.

Jika bisa diperjelas, Todesbonden adalah perpaduan yang eksotis antara world music dengan epic metal yang dipimpin oleh seorang wanita penyanyi opera dengan karakter vokal seperti folk klasik di negara balkan, timur tengah, kawasan celtic maupun dengan style modern. Rilisan ini ibaratnya menembus batas ruang dan waktu yang menggabungkan semuanya menjadi satu komposisi yang epic dengan nuansa fantasi yang sangat kental.

Coba lupakan tentang band Power Metal berbalut Gothic dengan penyanyi wanita yang ada kalanya bagus meski tidak semuanya. Ada sedikit persamaan yang didapat akan musik Todesbonden seperti Epica atau After Forever, tetapi perbedaan utama sangat jelas yaitu musiknya cenderung gelap dan lambat. Dan karena lambat itu, pengaruh doom sangat kental. Meskipun label doom itu berkonotasi gelap, tetapi perpaduan apik dengan world music menjadikan Todesbonden sangat berbeda di dalam komposisinya.

Sleep Now, Quiet Forest ibaratnya adalah satu cerita epic yang dibunyikan lewat musik dan vokal. Ada 11 lagu di dalam rilisan ini yang kalau penulis bisa katakan adalah bab dalam novel fantasi epic karya J.R.R. Tolkien yaitu The Lord of The Rings. Dibuka dengan Surrender To The Sea yang kental perpaduan antara metal, folk dan doom. Yang dilanjutkan dengan Surya Namaskara dengan nuansa world music yang cukup kental dengan karakter vokal ala folk timur tengah. Dan banyak sekali sentuhan yang cukup menawan di tembang-tembang selanjutnya. Ada satu tembang yang cukup menarik bagi penulis yaitu Aengus Og Fiddle, entah kenapa ketika mendengarkan ini penulis langsung ingat sama adegan di film The Lord of The Rings - Return of The Kings sewaktu seorang Hobbit bernama Peregrin Took atau Pippin bernyanyi ketika tentara Gondor asal Minas Tirith menyerang musuh dan kalah telak. Vokal yang indah yang dipadu dengan instrumen folk tradisional membuat sebuah tembang ini sangat epic.

Well, Todesbonden lewat Sleep Now, Quiet Forest tidak seperti band gothic kebanyakan. Mungkin bagi anda yang terbiasa dengan tempo cepat ala Gothic Metal kebanyakan akan kecewa dengan rilisan ini. Tetapi jika ingin mendengarkan sebuah rilisan yang absolut akan gothic dalam arti sebenarnya yang bukan dari jenis musik Darkwave, maka Sleep Now, Quiet Forest menjadi salah satu solusinya. Lirik yang epic dengan cerita yang epic pula serta vokal yang epic dan musik yang cukup epic akan menjadi sajian yang menarik untuk anda. Cobalah, penulis yakin anda tidak akan kecewa akan musik dari Todesbonden. Dan inilah salah satu band underrated di dalam scene musik ini. Great !



Artist
Todesbonden

Album
Sleep Now, Quiet Forest

Rilis
2009

Genre
Gothic, Gothic Metal, Doom Metal, Neo-Folk, World Music

Rating
8 | 10

_______________________________

Read more