About

rayculz's reviews room ... mendalami sekumpulan bunyi yang tertuang dalam aksara dan kata

Coldplay | Mylo Xyloto


Sangat Oriental, dan cukup terkejut juga saya ketika mendengarkan Mylo Xyloto yang tak lain adalah album terbaru dari Coldplay. Band asal London UK dengan personil Chris Martin, Will Champion, Jon Buckland dan Guy Berryman. Musiknya benar-benar berubah! Apakah ini menjadi satu bentuk baru dari Coldplay akan evolusinya atau karena ikut arus musik mainstream dunia saat ini, terlalu pop. Tapi meskipun begitu, itu bukan menjadi masalah bagi telinga saya karena perubahan ekstrem Coldplay di album sebelumnya yaitu Viva La Vida cukup bisa saya terima meski butuh adaptasi sejenak untuk mengenali musik jenis baru mereka.

Hal ini juga terjadi dan serupa seperti apa yang dilakukan salah satu band papan atas dunia lainnya yaitu Radiohead. Tetapi perbedaannya jika Radiohead bermain lebih ke arah eksperimental dan abstrak sedangkan Coldplay bermain di area elektronik yang lebih aman. Sentuhan symphony dan elektronik ala dubstep ikut juga mewarnai album Mylo Xyloto ini.

Tetapi jujur, ketika mendengarkan sejak Viva La Vida saya merasa bahwa Coldplay sudah menjadi proyek solo dari Chris Martin sang vokalis. Begitu juga dengan Mylo Xyloto yang sepertinya juga seperti proyek solo dari Chris Martin dan itu sangat jauh dari Coldplay. Karena musik Coldplay yang saya kenal sejak album pertama nyaris hilang tidak tersisa, dan berganti baru dengan nuansa yang sama sekali baru.

Polemik ini sebenarnya cukup membuat resah juga dengan penggemar lama Coldplay yang sebenarnya suka dengan genre yang mereka bawakan dahulu, tetapi itu bukan menjadi masalah ketika Coldplay menawarkan sesuatu yang baru dengan materi yang baru tetapi tidak jelek bahkan bisa dibilang bagus. Tapi meskipun begitu, perubahan cukup bisa diterima ketika perubahan itu sangat mudah diterima oleh telinga. Lain halnya ketika perubahan itu sangat jauh dengan konsep mereka terdahulu, dan susah dinikmati oleh pendengar awam.

Symphony Mylo Xyloto dibuka secara perlahan dan mencoba mengenalkan kepada dunia kalau Coldplay berubah. Yang kemudian dilanjutkan ke Hurts Like Heaven dengan nuansa cukup riang dengan beat beat yang meriah serta sentuhan tune-tune dengan nuansa oriental. Sampai disini saya cukup shock dengan perubahan musik Coldplay, karena ini bukan coldplay yang saya kenal dahulu. Tetapi jenis musik ini cukup akrab ditelinga saya dan hampir sama spirit-nya dengan lagu dari album solo Jonsi, vokalis Sigur Ros.

Paradise yang hadir setelahnya cukup unik karena mencoba memadukan symphony dengan drop down bass ala dubstep. Charlie Brown tetap sama dengan spirit yang ada sebelumnya. Us Against the World hadir dengan nuansa pop ballad yang cukup mellow, ketika mendengarkan ini saya sampai ke titik eargasm saya yg cukup membuat saya menyadari bahwa dalam waktu sejenak tadi membuat saya merinding dan seolah tubuh terangkat sedikit dari tanah. Sungguh sensasi yang menarik.

Every Teardrop Is a Waterfall dibuka dengan interlude M.M.I.X. dengan cukup ramai, rancak dan bisa membuat badan ikut bergoyang dengan headbanging di kepala. Ibaratnya seperti sedang mendengarkan club house meriah ala Coldplay, cukup aneh tapi jenius. Major Minus di posisi selanjutnya cukup haunting dengan beat beat cepat di bagian akhir. Namun situasi kemudian menjadi berbanding terbalik ketika lagu U.F.O. mulai di dendangkan, dan nuansa pop ballad di Us Against the World yang sama kembali terulang kembali.

Namun ada yang sangat disayangkan, Princess of China yang berkolaborasi dengan Rihanna membuat saya cukup geleng-geleng kepala. Dimana Coldplay berada? Lagu ini ibaratnya seperti lagu dari Rihanna dengan featuring Chris Martin. Bukan Coldplay featuring Rihanna. Setelah itu Up in Flames hadir melanjutkan spirit yang ada sebelumnya, cukup membosankan jika diulang kembali hal yang serupa.

Menjelang akhir symphony Mylo Xyloto, sebuah trilogy dimainkan secara apik oleh Coldplay. Bagian pertama adalah interlude bertajuk A Hopeful Transmission yang disuarakan sebelum menyambut Don't Let It Break Your Heart yang cukup membuat saya bersemangat kembali untuk mendengarkan Coldplay sampai tuntas. Sungguh sebuah track yang menghabiskan tenaga karena lumayan bisa buat headbanging sambil melayang diudara sebelum ditutup oleh ending yang lumayan adem yaitu Up With the Birds yang mengajak saya terbang bersama Coldplay bersama dengan burung-burung di udara.

Hmm, cukup mengesankan mengenai cara alternatif Coldplay dalam bermusik di album ini. Disatu sisi, saya sangat membenci perubahan musik ini. Tetapi disini yang lain, saya sangat menyukai album ini. Mungkin agar tidak mengecewakan dan membuat sakit hati, saya anggap bahwa album ini bukan album dari Coldplay tetapi sebuah proyek solo dari Chris Martin. Dan itu bisa diterima oleh akal sehat saya. Tetapi jujur, meskipun tidak seperti Coldplay yang biasanya anda dengar tetapi percayalah bahwa album ini sungguh luar biasa. Dan saya cukup puas dengan perubahan itu!


Artist
Coldplay

Album
Mylo Xyloto

Rilis
2011

Genre
Alternative

Rating
8 | 10

______________________________________

Leave a Reply