Apa yang terjadi ketika kesucian metal yang sudah menjadi satu bentukan kvlt dinodai oleh sekelompok orang yang ingin bereksperimental dalam mengembangkan genre metal. Pasti akan terjadi pro dan kontra. Dan itu terjadi ketika The Browing yang berasal Los Angeles Amerika ini mencoba bereksperimental akan hal tersebut. Meskipun bukan pure metal atau metalcore yang mungkin bisa dikatakan lebih condong ke arah deathcore, peleburan genre elektronik yang mengadaptasi trance dan mungkin dubstep menjadi satu titik baik maupun fatal. Ibaratnya seperti pedang bermata dua, disatu sisi baik namun disisi yang lain buruk. Baik dalam hal mengeksplorasi genre dengan berexperimental, buruk dalam hal mencabik genre yang sudah ada.
Semua kesalahan ini dimulai ketika Attack Attack! mencoba melebur Metalcore dengan Trance yang akhirnya menjadi satu bentukan kvlt baru dikalangan teen angst. Mungkin hal yang sama terjadi ketika brokeNCYDE menciptakan jenis genre baru yaitu crunkcore yang menggabungkan crunk hip hop dengan screamo untuk mencoba menjadi keren sesuai dengan pencarian jati diri anak muda. Disini The Browning yang kalau penulis pikir dan simak bahwa penamaan nama 'The Browning' juga aneh untuk nama band deathcore, mencoba melebur kebrutalan Deathcore dengan kebrutalan musik lantai dansa yaitu Trance dengan sedikit sentuhan Dubstep yang menjadikan rilisan Burn This World menjadi satu rilisan teraneh yang pernah penulis dengar dan kesan aneh yang sama terjadi ketika mendengarkan trancecore dari Attack Attack!.
Burn This World terlalu monoton. Dari tiga belas tembang yang terangkum dalam rilisan ini, semuanya hampir serupa. Perpaduan yang jelas antara musik elektronik yang berkolaborasi dengan deathcore juga terangkum dengan baik di rilisan ini. Namun bagi penulis sendiri, itu malah terdengar aneh. Synth electro dengan nuansa kelam muncul dan mendominasi ketika No Escape sebagai tembang awal di dengungkan. Ibaratnya ketika masuk ke dalam dunia post-apocalypse ketika kebrutalan dan teknologi bersatu. Andai kalau bisa dikatakan ke dalam dunia game, Burn This World mirip dengan Deus-Ex.
Bentukan gilanya begini, coba bayangkan ketika seorang pembunuh brutal yang menembaki orang-orang disekitarnya lalu melompat sambil berdansa sambil terus menerus menembaki orang-orang disekitarnya sambil terus berdansa dan tertawa terbahak-bahak. Itu adalah sebuah ilustrasi yang menggambarkan betapa absurd namun sekaligus gila atas apa yang ditawarkan oleh The Browning lewat Burn This World.
Hal yang aneh punya dapat dirasakan ketika disatu sisi telinga anda dihajar dengan riff riff cadas yang mengakibatkan kepala berheadbanging ria mengikuti riff cadas tersebut yang akhirnya dimentahkan dengan dentuman bass berat dengan beat ala house music dengan permainan synth yang sangat kental.
Jujur saja, tiga belas tembang yang terangkum dalam rilisan ini terdengar sama meski berlainan. Beberapa ada yang menarik seperti Standing On the Edge dan juga Time Will Tell yang menawarkan oase baru untuk penyimak musik. Tetapi disini timbul pertentangan dari telinga penulis dan pertentangan itu terlalu kuat untuk bisa menerima hal baru di luar kebiasaan yang sudah ada. Sehingga menjadikannya suatu bentukan guilty pleasure, dan sama halnya ketika penulis mencoba dan mulai memahami brokeNCYDE lewat crunkcore yang mereka bawakan.
Well, The Browning lewat Burn This World adalah cara terbaru untuk menikmati elektronik metal dengan cara yang aneh. Dan ini justru berbanding terbaik ketika penulis mencoba mendengarkan elektronik metal yang dibawakan oleh Kekal di rilisan terakhirnya yang rumit sekaligus menarik. Tetapi inilah Burn This World dengan segala warnanya, baik atau buruk itu telinga anda yang bisa menilai. Namun bagi penulis, ini adalah sebuah kesalahan yang cukup fatal.