Mineral | EndSerenading
3
comments
-rAy-
-
Menyelam kembali kemudian menembus batas ruang dan waktu sampai masuk ke dalam suatu masa dimana pergerakan awal tentang emo itu ada. Dan disinilah label emo yang sebenarnya dapat didengar dan disimak secara murni tanpa dirusak oleh media serta para posser dan band yang sudah lupa tentang akar musik emo itu sendiri. Akibatnya yaitu mendeskripsikan emo dengan interprestasinya sendiri dan efek yang ditimbulkan akibat proses 'salah kaprah' ini cukup parah. Kembali ke akar sampai ke jaman Rites of Spring sebagai pencetus awal apa yang dinamakan emo lalu beranjak maju mengikuti ruang dan waktu sampai menuju ke Houston, Texas Amerika dimana pada tahun 1994 band yang beranggotakan Chris Simpson, Scott McCarver, Jeremy Gomez & Gabriel Wiley dibentuk dan menamakannya Mineral, yang selanjutnya migrasi ke Austin, Texas dan mengembangkan karir disana.
Kalau bisa penulis katakan, karakter musik dari band asal Texas ini mungkin termasuk salah satu yang menginspirasi band asal Austin, Texas lain yang penulis kenal yaitu band post-rock Explosions In The Sky. Karena ketika Mineral bubar di tahun 1998, Explosion In The Sky lahir setahun kemudian. Meskipun tidak berhubungan, tetapi ada benang merah dari karakter musik mereka. Musik Mineral berciri khas dengan struktur quiet/loud dengan permainan melodi pada gitarnya dengan sentuhan twinkle dengan riff-riff bermelodi serta suara vokal yang keluar dari nada seharusnya sehingga muncul konotasi bahwa
suara fals adalah hal yang lazim dari musik Mineral. Tetapi disitulah kekuatan dari musik Mineral dengan segala komposisinya. Dan dari situ lahirlah dua rilisan yaitu The Power of Failing pada tahun 1997 dan EndSerenading setahun berikutnya.
Ada sepuluh tembang menarik yang terangkum di dalam rilisan EndSerenading. Yang hampir keseluruhan komposisi musik Mineral laiknya komposisi indie rock berbalut post-rock di era modern dengan vokal emotional yang menjadi ciri emo generasi awal. Endserenading dibuka lewat tembang Lovelettertypewriter dentingan twinkel gitar yang membangun alur serta dipadu dengan vokal yang keluar dari nada sehingga terkesan fals namun disatu sisi menciptakan karakter emotional yang kuat. Konsep yang menarik diciptakan oleh Mineral disini yang membuat Lovelettertypewriter sebagai intro yang selanjutnya bersambung ke Palisade dengan built-up yang sudah diciptakan di tembang sebelumnya.
Selanjutnya tembang yang ditawarkan Mineral serupa dengan sensasi yang berbeda seperti Gjs, Unfinished dan Forlvadell. Setelah itu ada satu tembang yang cukup mengganggu kenikmatan dengan suara fals dari dentingan melodi gitar serta vokal di Wakingtowinter. Komposisi off tune pada permulaan tembang ini begitu aneh, namun disatu sisi menjadi satu bentukan yang lumayan unik. Apalagi ketika memasuki pertengahan lagu dengan membangun alur sampai klimaks yang cukup menggila. Hasilnya, cukup simpel yaitu eargasm.
Aletter pada urutan selanjutnya, melanjutkan apa yang sudah dibangun sebelumnya. Setelah itu ada sebuah tembang yang cukup manis dengan berbalutkan melodi gitar yg saling bersahutan untuk memenuhi dinding dari komposisi musiknya lewat Soundslikesunday dengan membangun alur sampai klimaksnya yang dilanjutkan dengan &serenading. Dan sebagai tembang penutup pada rilisan ini, ada Thelastwordisrejoice yang cukup kalem, galau nan menenangkan sekaligus indah. Dan disinilah segala ungkapan emosional dituangkan oleh sang vokalis tanpa memedulikan suara dia fals atau tidak. Sungguh penutup yang cukup emosional.
Satu karakter yang menarik pada EndSerenading adalah penulisan keseluruhan track-nya tanpa spasi sama sekali. Karakter yang menarik itu pun ada pada
komposisi musik mereka yang mendeskripsikan emosional dalam arti sebenarnya dalam musik, lirik dan vokal. Dan disini band yang membubarkan diri tidak lama setelah album EndSerenading ini dirilis menunjukan eksistensinya sebagai sebuah sejarah mengenai pergerakan musik emo sebelum era 2000an. Satu rilisan berharga dari sebuah band yang bisa dibilang underrated. An perfect album!
Red Hot Chili Peppers | I'm With You
Apa yang terjadi dengan Red Hot Chili Peppers? Nyaris tidak percaya lewat pendengaran penulis ketika mendengarkan rilisan terbaru tanpa seorang gitaris John Frusciante. Awalnya sempat skeptis dengan kepergian sang gitaris pada tahun 2009, dan ternyata kekuatiran itu terbukti lewat rilisan terbaru mereka yaitu I'm With You.
Sejatinya penulis pertama kali mengenal Red Hot Chili Peppers lewat album One Hot Minute tetapi baru suka ketika muncul rilisan Californication tahun 1999 setelah masuknya gitaris mereka yang kedua kali yaitu John Frusciante. Setelah itu ketika mencari dan mendengarkan rilisan mereka terdahulu, penulis juga menyukai rilisan Blood Sugar Sex Magik yang dirilis pada tahun 1991. Satu faktor yang membuat penulis menyukai Red Hot Chili Peppers adalah faktor John Frusciante disamping permainan funk bass Michael Balzary yang lebih dikenal dengan sebutan Flea. Setelah itu rilisan By the Way pada tahun 2002 serta Stadium Arcadium pada tahun 2006 selalu mengisi soundtrack sehari-hari penulis. Itu memang tidak terlepas dari faktor John Frusciante yang merangkap sebagai penulis lagu dari Red Hot Chili Peppers dimana kolaborasi dia dengan Anthony Kiedis, Flea dan Chad Smith menghasilkan rilisan yang benar-benar menjadi favorit penulis.
Tetapi apa yang terjadi ketika John Frusciante keluar untuk kedua kalinya dari Red Hot Chili Peppers setelah pada tahun 1992 s/d 1997 dia keluar karena ketergantungan narkoba. Secara otomatis, kreasi musik dari Red Hot Chili Peppers
berubah. Dan itu sangat terbukti lewat rilisan terbaru mereka, sebuah rilisan yang penulis anggap bukan Red Hot Chili Peppers yang penulis kenal tetapi sebuah band baru dengan nama yang sama.
Rilisan I'm With You membuat penulis merasa asing dengan musik Red Hot Chili Peppers, meski gitaris pengganti yaitu Josh Klinghoffer punya karakter sendiri yang sangat berbeda dengan John Frusciante. Itu membuat penulis sedikit beradaptasi dengan ini, dan itu tidak mudah. Tetapi satu hal positif dari kepergian John adalah perkembangan luar biasa permainan funk bass dari Flea di seluruh tembang yang terangkum dari I'm With You. Dan disini permainan Flea sangat menonjol pada komposisi musik Red Hot Chili Peppers yang kali ini jelas lebih groove pada funk rock yang mereka mainkan.
Tetapi meskipun begitu, keseluruhan album terasa sangat biasa bagi penulis. Meski ada tembang yang lumayan bagus seperti Goodbye Hooray yang menunjukan karakter baru dari permainan gitar Josh yang cukup gila. Selain itu, tidak ada yang istimewa. Sebenarnya ketika I'm With You dibuka lewat Monarchy of Roses, perubahan karakter musik sangat terasa dengan komposisi musik groove yang dipadu dengan funk dalam balutan rock. Factory of Faith pada urutan selanjutnya lebih menonjolkan dominasi permainan funk bass Flea. Selanjutnya ada Brendan's Death Song yang dibuka dengan balutan akustik menjadikan ballad ini menjadi tembang rock yang menarik. Masih dengan dominasi Flea, Ethiopia dibuka dengan permainan funk yang cukup menarik untuk disimak yang kemudian dilanjutkan ke Annie Wants a Baby dengan bumbu alternative yang lumayan kental.
Kemudian Look Around yang cukup membuat terkejut ketika elemen acid jazz ala Jamiroquai sangat menonjol disini, bagus tetapi bukan Red Hot Chili Peppers yang penulis kenal. Lalu The Adventures of Rain Dance Maggie hadir yang tetap melanjutkan karakter musik yang sama seperti sebelumnya. Did I Let You Know yang hadir setelah juga sama, namun Goodbye Hooray seperti yang penulis paparkan diatas cukup memberikan oase segar terhadap kemonotonan yang sudah bisa dikatakan medioker.
Happiness Loves Company cukup manis ketika dibuka dengan permainan piano. Dan uniknya, tempo dan karakter tembang ini begitu ceria yang mengingatkan penulis akan keceriaan musik Indiepop dan memang itu sesuai dengan judulnya. Cukup aneh dan unik untuk karakter musik Red Hot Chili Peppers yang sudah dikenal sebelumnya. Selanjutnya ada tembang manis bertajuk Police Station yang cukup biasa dan Even You, Brutus? yang juga sama. Lalu ada Meet Me at the Corner yang lo-fi dan minimalis, cukup menarik tetapi tetap saja biasa. Selanjutnya ada Dance, Dance, Dance sebagai tembang penutup yang cukup rancak untuk berdansa dan disuguhkan sebagai puncak klimaks dari karakter musik yang baru dari Red Hot Chili Peppers.
Yeah, sebenarnya rilisan I'm With You ini cukup menarik jika seandainya ini bukan rilisan dari Red Hot Chili Peppers tetapi proyek sampingan dari para personilnya. Tetapi jika berbicara mengenai musik Red Hot Chili Peppers yang sudah dikenal sebelumnya, maka siap-siap saja kecewa dan itu terbukti bahwa penulis cukup kecewa dengan rilisan ini. Meskipun menawarkan hal yang baru, tetapi tetap saja rilisan ini tidak begitu istimewa menurut penulis. Well, jika anda die hard
fans mereka mungkin akan kecewa dengan perubahan karakter musiknya tetapi jika anda pendengar baru yang sama sekali belum pernah mendengarkan musik Red Hot Chili Peppers maka cobalah. Ada sesuatu yang menarik disini, tetapi itu tetap biasa dan medioker.
The Beach Boys | Pet Sounds
Seringkali orang salah kaprah terhadap apa yang dinamakan Power Pop. Dan parahnya dari setengah ketidak tahuan itu, banyak yang melabeli band-band yang sebenarnya beraliran 'Pop Punk' dengan istilah Power Pop. Padahal itu jelas berbeda, karena ketika membicarakan Power Pop maka kita harus merujuk dan melintasi masa lalu dimana istilah Power Pop itu lahir lewat band-band semacam The Beatles, Big Star, Badfinger, dan salah satunya yaitu The Beach Boys.
Ciri utama dari ranah ini yaitu identik penggunaan harmonisasi vokal yang tajam dan padat, dan riff gitar yang powerful tentunya namun tetap sederhana. Pada umumnya band-band seperti ini mempunyai lagu-lagu yang sangat bermelodi dan sangat mudah dipahami dan dimengerti, inilah yang menjadi keunggulan ranah ini. Dan disini The Beach Boys hadir dengan lewat sebuah mahakarya yang berjudul Pet Sounds.
Berbicara mengenai Pet Sounds, kalau penulis katakan bahwa disinilah pondasi awal pada dekade '60-an atas apa yang dinamakan Power Pop. Meski begitu, cita rasa psikedelik tidak bisa dilepaskan dari sini. Cara bereksperimental dengan bunyi-bunyian yang unik yang juga dihasilkan dari instrumen yang unik pula, menghantarkan Pet Sounds sebagai salah pilar kejayaan musik di masa itu. Membangun dinding
bunyi-bunyian pada struktur komposisi musiknya dengan cara yang unik dan cenderung aneh. Tetapi itulah yang terjadi ketika sang musisi terinspirasi dari mariyuana yang memabukan dan menciptakan bunyi-bunyian ala psikedelik dalam balutan musik pop yang memiliki power. Dari situ jadilah Pet Sounds, sebuah rilisan asal negeri paman sam yang menghadang british invasion yang dibawa oleh The Beatles.
Wouldn't It Be Nice sebagai tembang pertama, membuka Pet Sounds secara sempurna dengan keceriaan khas pop tanpa cela dengan harmonisasi vokal sebagai ciri khas utama dari Power Pop dengan tune tune sederhana pada komposisi musiknya. It's a song that can blew your ears with joyful and melting your heart peacefully. Selanjutnya ada You Still Believe In Me yang mampu menyentuh hati penulis lewat musik dan lirik. Apakah anda mampu percaya dengan tulisan, bahwa penulis sempat menitikan air mata ketika mendengarkan tembang yang indah ini? Itulah sihir yang dilakukan secara sederhana oleh The Beach Boys lewat musiknya. Kemudian That's Not Me dilantunkan dengan komposisi musik yang cukup unik dan inilah kekuatan dari power pop sebenarnya.
Hal yang menyedihkan sekaligus indah mendayu dilantunkan lewat Don't Talk (Put Your Head On My Shoulder). Disini komposisi musik The Beach Boys mampu mengaduk-aduk perasaan anda apalagi ketika mendengarkan disaat yang tenang dan benar-benar rileks. Selanjutnya ada I'm Waiting For The Day yang mampu mengajak anda berdansa dengan pasangan anda, tentunya dengan iringan The Beach Boys sebagai musik latarnya. Dan Let's Go Away For Awhile yang seratus persen instrumental yang menyentuh dimainkan secara sempurna. Bisa penulis katakan bahwa tembang ini adalah salah satu tembang progresif yang awal dalam sejarah musik.
Selanjutnya, The Beach Boys mengajak anda sing-a-long dan berdansa bersama dengan Sloop John B. Lirik yang menarik, nada yang catchy serta komposisi musik yang menarik membuat penulis tersenyum ketika mendengarkan tembang ini. Salah satu keceriaan dan kebahagian tanpa batas lewat musik yang diciptakan The Beach Boys. Begitu juga dengan God Only Knows yang bagus dalam penulisan lirik dan komposisi musiknya. Tetapi sayangnya, sungguh bodoh ketika mengetahui satu kenyataan bahwa tembang ini sempat di banned di stasiun radio ketika judulnya ada kata "God" yang pada era tersebut merupakan suatu bentuk hujatan kepada Tuhan.
I Know There's An Answer sebagai tembang selanjutnya hadir dengan nuansa riang yang cukup ringan yang kemudian dilanjutkan ke tembang Here Today dan I Just Wasn't Made For These Times yang bercorak kurang lebih sama dengan tembang-tembang sebelumnya. Selanjutnya ada satu tembang instrumental yang jenius bagi penulis yaitu Pet Sounds yang berjudul sama dengan nama rilisan ini. Mungkin jika ditelaah secara seksama, akan menjadi soundtrack yang sempurna untuk film James Bond yang saat itu diperankan oleh Sean Connery. Tetapi sayangnya itu tidak terjadi, namun meskipun begitu disinilah salah satu pilar awal dari psikedelik modern itu lahir.
Dan sebagai penutup rilisan Pet Sounds ada Caroline, No yang cukup sederhana yang diakhiri oleh suara ambient dari Pet Sounds itu sendiri yaitu suara anjing yang mengonggong. Sungguh penutup yang cukup aneh dari satu rilisan bersejarah yang pernah diciptakan. Pet Sounds benar-benar menjadi satu pondasi musik untuk kreasi musik bagi generasi selanjutnya. Cara The Beach Boys dalam bereksperimental lewat musik dan lirik mampu menciptakan rilisan pop yang bisa penulis katakan sebagai masterpiece ini.
Disinilah The Beach Boys berbicara mengenai definisi pop itu sendiri lewat rilisan Pet Sounds yang dibawakan dengan cara yang cukup sederhana namun rumit. Inilah Power Pop yang sebenarnya. Kejeniusan yang diciptakan bukan dengan cara yang rumit, tetapi sederhana dan menarik namun tetap rumit di satu sisi. Dan inilah Pet Sounds, sebagai warisan masa lalu yang luar biasa. An Perfect Album!
The Middle East | The Recordings Of The Middle East
Pertama kali penulis mengenal The Middle East yaitu ketika mencoba mencari siapa artist lain yang karakter musiknya mirip dengan Sigur Ros. Meski ada beberapa yang mencoba mirip tetapi dengan karakter musik yang tetap berbeda, namun belum menemukan band yang benar-benar mirip sama Sigur Ros. Hingga suatu saat, ada rekan penulis yang mengenalkan band yang berasal dari Australia yaitu The Middle East kala itu yang 'katanya' ada tembang dari salah satu rilisannya yang sangat mirip dengan karakter musik Sigur Ros. Meskipun begitu, The Middle East tidak sepenuhnya mirip karena lebih bermain di area folk dan akustik. Tetapi
sebuah tembang yang berjudul Pig Food pada rilisan The Recordings Of The Middle East membuktikannya.
Namun The Middle East tidak ingin mencoba menjadi Sigur Ros, tetapi mereka berdiri dengan pondasi sendiri, dengan musik sendiri dan dengan gaya mereka sendiri. Dengan mengusung tema indie folk dengan komposisi akustik yang mendominasi serta ada unsur ambient dan sedikit sentuhan post-rock, jadilah The Middle East yang menjadi salah satu artis Australia dalam kategori underated yang bisa saya katakan sama dengan band Laura yang berlainan genre musik tetapi tetap dalam kategori underated.
The Recordings Of The Middle East dibuka lewat tembang akustik yang cukup ringan yaitu The Darkest Side. Permainan gitar yang ringan dengan duo vokalis yang berduet membuat tembang ini begitu dingin dan menyenangkan untuk didengarkan disaat santai malam. Kemudian Beleriand mencoba memasukan unsur post-rock dibagian awalnya yang lantas dipadu dengan akustik gitar dengan nuansa
ambient yang cukup haunting pada komposisi musiknya. Lalu hadir tembang Lonely yang cukup manis sebagai indie folk serta ambient yang menenangkan nan galau tetapi sekaligus indah.
Blood adalah salah tembang yang menarik di rilisan ini, musik akustik dengan sentuhan folk yang cukup kental dipadu dengan lagu dengan lirik menarik serta permainan glockenspiel yang beradu padu dengan komposisi musiknya membuat tembang ini cukup renyah untuk konsumsi telinga anda. Setelah itu ada Fools Gold yang bermain di ranah akustik dengan ambient minimalis yang menarik,
terutama ketika tiga orang bernyanyi bersahut-sahutan yang mengisi kekosongan musik.
Ketika Pig Food dibunyikan, sontak ingatan penulis akan Sigur Ros langsung menyeruak di kepala. Dan disinilah penulis mengenal The Middle East yang mirip dengan Sigur Ros yang hanya di lagu ini saja. Musik dari Pig Food sangat kental akan musik Sigur Ros era The Bracket Album ( ) yang seluruhnya menggunakan bahasa hopelandic. Dan disinilah The Middle East hadir dengan caranya sendiri, membawakan tembang post-rock ini dengan cara yang berbeda. Kemudian tembang selanjutnya dibawa dengan cara yang cukup aneh, kemampuan untuk mengeskplorasi musik ambient minimalis dengan permainan elektronik sehingga mampu menciptakan satu tembang yang cukup disturbing serta haunting sehingga mampu membuat bulu kuduk berdiri. Memang tidak brutal, tetapi nuansa akan komposisi
musiknya sangat sesuai dengan judulnya yaitu The Fall of Man. Dan bagi penulis, ini adalah satu tembang yang cukup jenius yang pernah diciptakan The Middle East.
Setelah diguyur dengan rasa ketakutan yang cukup menggangu di tembang sebelumnya. The Middle East memberikan sentuhan magical yang indah yang dibawakan bukan dengan cara yang rumit namun cukup sederhana, namun hal tersebut menjadikan tembang sepanjang 13 menit ini sebuah penutup yang indah. Tsietsi mampu menyihir anda untuk mendapatkan sensasi yang cukup luar biasa, anda akan dibawa ikut terbang bersama dengan The Middle East dengan melewati awan lalu menembus dinginnya udara di waktu subuh dan menikmati matahari terbit di puncak gunung. Akhirnya memberikan anda terang yang indah setelah gelap malam dengan segala kengeriannya berlalu. Sungguh penutup yang jenius pula untuk sebuah rilisan yang istimewa.
Inilah rilisan independent oleh The Middle East yang cukup fenomenal di tahun 2008 kala itu. Namun ketika masuk label dan dirilis ulang pada 2009 di Inggris maupun 2010 di Amerika, ada beberapa tembang yang dibuang. Dan parahnya, tembang yang dibuang itu adalah tiga tembang terakhir di rilisan original mereka yaitu Pig Food, The Fall of Man dan Tsietsi. Dengan pembuangan tiga tembang tersebut, The Middle East lebih dikenal dengan band yang bermain di ranah folk. Namun meskipun begitu, perilisan ulang juga disertai dengan cover album yang baru yang dilukis oleh Imogen Heap. Bukan cover dengan background hitam itu dengan siluet wajah manusia, seperti yang tertera di awal tulisan ini.
Akhir kata, rilisan ini adalah album yang sangat luar biasa. Beragam genre diracik menjadi satu di dalam rilisan ini. Namun meskipun beragam, ciri khas utama dari musik The Middle East tidak luntur begitu saja namun menjadi kuat. Dan disinilah The Middle East bermain-main dengan telinga anda lewat sentuhan magic pada musiknya. Great Album!
The Browning | Burn This World
Apa yang terjadi ketika kesucian metal yang sudah menjadi satu bentukan kvlt dinodai oleh sekelompok orang yang ingin bereksperimental dalam mengembangkan genre metal. Pasti akan terjadi pro dan kontra. Dan itu terjadi ketika The Browing yang berasal Los Angeles Amerika ini mencoba bereksperimental akan hal tersebut. Meskipun bukan pure metal atau metalcore yang mungkin bisa dikatakan lebih condong ke arah deathcore, peleburan genre elektronik yang mengadaptasi trance dan mungkin dubstep menjadi satu titik baik maupun fatal. Ibaratnya seperti pedang bermata dua, disatu sisi baik namun disisi yang lain buruk. Baik dalam hal mengeksplorasi genre dengan berexperimental, buruk dalam hal mencabik genre yang sudah ada.
Semua kesalahan ini dimulai ketika Attack Attack! mencoba melebur Metalcore dengan Trance yang akhirnya menjadi satu bentukan kvlt baru dikalangan teen angst. Mungkin hal yang sama terjadi ketika brokeNCYDE menciptakan jenis genre baru yaitu crunkcore yang menggabungkan crunk hip hop dengan screamo untuk mencoba menjadi keren sesuai dengan pencarian jati diri anak muda. Disini The Browning yang kalau penulis pikir dan simak bahwa penamaan nama 'The Browning' juga aneh untuk nama band deathcore, mencoba melebur kebrutalan Deathcore dengan kebrutalan musik lantai dansa yaitu Trance dengan sedikit sentuhan Dubstep yang menjadikan rilisan Burn This World menjadi satu rilisan teraneh yang pernah penulis dengar dan kesan aneh yang sama terjadi ketika mendengarkan trancecore dari Attack Attack!.
Burn This World terlalu monoton. Dari tiga belas tembang yang terangkum dalam rilisan ini, semuanya hampir serupa. Perpaduan yang jelas antara musik elektronik yang berkolaborasi dengan deathcore juga terangkum dengan baik di rilisan ini. Namun bagi penulis sendiri, itu malah terdengar aneh. Synth electro dengan nuansa kelam muncul dan mendominasi ketika No Escape sebagai tembang awal di dengungkan. Ibaratnya ketika masuk ke dalam dunia post-apocalypse ketika kebrutalan dan teknologi bersatu. Andai kalau bisa dikatakan ke dalam dunia game, Burn This World mirip dengan Deus-Ex.
Bentukan gilanya begini, coba bayangkan ketika seorang pembunuh brutal yang menembaki orang-orang disekitarnya lalu melompat sambil berdansa sambil terus menerus menembaki orang-orang disekitarnya sambil terus berdansa dan tertawa terbahak-bahak. Itu adalah sebuah ilustrasi yang menggambarkan betapa absurd namun sekaligus gila atas apa yang ditawarkan oleh The Browning lewat Burn This World.
Hal yang aneh punya dapat dirasakan ketika disatu sisi telinga anda dihajar dengan riff riff cadas yang mengakibatkan kepala berheadbanging ria mengikuti riff cadas tersebut yang akhirnya dimentahkan dengan dentuman bass berat dengan beat ala house music dengan permainan synth yang sangat kental.
Jujur saja, tiga belas tembang yang terangkum dalam rilisan ini terdengar sama meski berlainan. Beberapa ada yang menarik seperti Standing On the Edge dan juga Time Will Tell yang menawarkan oase baru untuk penyimak musik. Tetapi disini timbul pertentangan dari telinga penulis dan pertentangan itu terlalu kuat untuk bisa menerima hal baru di luar kebiasaan yang sudah ada. Sehingga menjadikannya suatu bentukan guilty pleasure, dan sama halnya ketika penulis mencoba dan mulai memahami brokeNCYDE lewat crunkcore yang mereka bawakan.
Well, The Browning lewat Burn This World adalah cara terbaru untuk menikmati elektronik metal dengan cara yang aneh. Dan ini justru berbanding terbaik ketika penulis mencoba mendengarkan elektronik metal yang dibawakan oleh Kekal di rilisan terakhirnya yang rumit sekaligus menarik. Tetapi inilah Burn This World dengan segala warnanya, baik atau buruk itu telinga anda yang bisa menilai. Namun bagi penulis, ini adalah sebuah kesalahan yang cukup fatal.
Chelsea Grin | Chelsea Grin (ep)
Nun jauh disana ketika kaum Ogre yang kumuh yang sudah biasa hidup dengan para Troll membuat band bersama. Namun hal yang tidak mengenakan terjadi ketika ada seorang hobbit buruk rupa yang dinamakan Gollum mendekat dan menawarkan diri untuk menjadi vokalis utama, dan jadilah Ahaziah yang kemudian merubah nama mereka menjadi Chelsea Grin. Dengan membawakan Deathcore, inilah Chelsea Grin dengan rilisan debut self titled EP mereka.
Tidak banyak yang ditawarkan oleh Chelsea Grin disini selain brutal musik Deathcore mereka dengan duo vokalis yang bersuara seperti ogre yang mungkin bisa dikatakan sebagai manusia babi karena suaranya memang mirip babi dan seorang lagi bersuara seperti gollum yang menjadi karakter penting di film Lord of The Rings. Jujur saya, penulis sangat bosan dengan banyaknya breakdown disini dan sangat overated mendominasi. Ibaratnya 5 tembang di dalam EP mereka ini adalah 5 tembang breakdown yang sangat berlebihan. Memang sih, breakdown adalah ciri utama dari band-band deathcore tetapi dengan penggunaan yang berlebihan pasti hasilnya tidak terlalu bagus dan sangat over.
Sebenarnya lewat self titled EP mereka ini, Chelsea Grin berpotensi bagus. Itu terbukti dengan permainan gitar yang lumayan apik serta sedikit sentuhan simfoni pada komposisi musiknya. Itu sebenarnya bagus untuk menutupi deathcore yang cenderung itu-itu saja dalam komposisi musiknya. Namun, ketika sentuhan secuil itu dilakukan maka hanya akan menjadi pelengkap komposisi deathcore nan monoton mereka.
Chelsea Grin membuka rilisan self titled mereka Crewcabanger dengan scream serta pig squeal dengan irama bertempo cepat yang kemudian lantas masuk ke dalam breakdown yang hampir mendominasi lagu meski ditutup secara fade out yang digantikan suara simfoni yang menarik. Anathema Of The Sick sebagai tembang selanjutnya langsung menghajar dengan telinga anda dengan riff bertempo cepat, namun anehnya ketika vokal babi dan gollum mulai mengisi suaranya langsung breakdown itu dimulai. Sekali lagi, itu sangat mendominasi dan tidak nyaman yang langsung dilanjut tanpa henti dengan Cheyne-Stokes di posisi ketiga bersuara sama dengan sebelumnya, dengan riff-riff berat dan lambat berpadu satu dengan vokal babi dan gollum meski sentuhan clean melodi gitar cukup menarik tetapi tidak membuatnya menjadi lebih baik lagi.
Disgrace langsung menghentak dengan cepat, namun sekali lagi ciri khas yang sama tetap diulangi kembali disini. Breakdown yang mendominasi tidak membuat tembang ini menarik. Yang terdengar hanyalah paduan suara babi dan gollum yang dibalut dengan breakdown deathcore. Namun yang menarik adalah ketika akhiran tembang ini menjadi pembuka tembang selanjutnya adalah Lifeless yang langsung dibuka dengan breakdown dan diakhiri dengan sampling desah dan lirih suara wanita yang mencapai titik orgasme. Yang kemudian ditutup dengan tembang Recreant yang bertema sama.
Sebenarnya rilisan self titled debut mereka ini sangat berkonsep, itu dibuktikan dengan sambung menyambung lagu dari akhiran lagu menjadi awalan lagu berikutnya. Namun, ketika berbicara masalah breakdown yang sudah sangat over meskipun breakdown adalah ciri utama dari deathcore, maka hasilnya akan menjadi overated. Chelsea Grin sebenarnya bertalenta bagus lewat permainan solo gitarnya, tetapi itu kurang di eksplor lebih dalam dalam komposisi musiknya sehingga band yang ingin menjadi 'Death
Metal' ini tidak bisa dikatakan demikian karena sangat kental nuansa Deathcore yang ada didalamnya.
Well, album ini tidak untuk semua pendengar musik. Bahkan untuk penggemar deathcore secara general. Tetapi bisa jadi, album ini bisa menjadi suatu contoh untuk mengenal lebih dalam kepada pendengar awam apa itu deathcore dengan breakdown yang menjadi ciri khasnya. Dan disitu, Chelsea Grin yang berasal dari Amerika ini bisa menceritakannya dengan jelas. Apa itu yang dinamakan breakdown.
Muse | Origin Of Symmetry
there's a riff will bleed your ears ...
and yes ...
there will be blood when listen the killer riff !
Muse, jika berbicara mengenai band yang satu ini pasti tidak akan terlepas dari sosok jenius Matthew Bellamy yang menjadi otak dari Muse. Sebagai seorang multi instrumentalist dan penulis semua lagu Muse, Bellamy dengan Christopher Wolstenholme dan Dominic Howard
menjadikan Muse menjadi satu bentuk kekuatan dalam pecaturan industri musik dunia. Kemampuan mereka bereskperimental dalam meracik bunyi bunyian baru yang tertuang dalam musik mereka dibuktikan lewat sebuah rilisan yang berjudul Origin Of Symmetry. Sebuah totalitas Muse dalam bermusik yang menjadikan mereka begitu dikenal banyak orang pada satu dekade yang lalu, setelah sebelumnya cuma menumpang mirip dengan Radiohead dengan album The Bends lewat rilisan debut mereka yaitu Showbiz.
Origin of Symmetry adalah sebuah permulaan tentang sebuah orisinalitas musik Muse yang menjadi tolak ukur tertentu bagi sebagian pengagumnya. Dan bahkan menjadi sumber inspirasi bagi band tertentu dalam kreasi musiknya. Meski kalau bisa dibilang, nama Muse mendunia lewat rilisan Absolution pada tahun 2003 yang juga menjadi tahun dimana penulis mengenal dan menyukai Muse lewat rilisan Absolution. Tetapi disini penulis tidak berbicara banyak mengenai Absolution, tetapi sebuah awal dari sebuah simetri musik Muse lewat Origin of Symmetry.
Bereskperimental dengan church organ, Origin of Symmetry dibuka lewat New Born yang awalnya dimanjakan dengan suara organ dan kemudian dibanting dengan permainan riff riff gila dari gitar Bellamy serta suara vokal berfalseto yang sangat berkarakter itu. Selanjutnya masuk ke dalam nuansa space rock, Muse langsung menggebrak lewat Bliss yang sangat kental nuansa space rock dengan klimaks yang membuat anda melayang sejenak. Tak hanya disitu, Muse mengajak bersantai lewat Space Dementia yang galau. Diracik dengan bebunyian yang cukup aneh, membuat tembang ini menjadi cukup memabukan.
Ketika Hyper Music didengungkan, itu menjadi pertanda suatu fase dimana trance gila ala Muse dimulai. Dengan komposisi musik yang unik dengan
permainan bass yang kental serta suara vokal Bellamy yang cukup haunting membuat tembang ini cukup menarik sebagai soundtrack headbanging anda. Setelah itu Muse menghajar telinga anda lewat Plug In Baby dengan riff gitar dan bass yang merobek telinga serta lengkingan suara Bellamy yang menusuk telinga di bagian akhir. Tak hayal, penulis mendapat eargasm disini dan itu cukup memuaskan.
Riff akan semakin menggila dan siap menghancurkan telinga anda sampai berdarah-darah lewat Citizen Erased. Tetapi Muse tidak sekejam itu karena dibagian pertengahan nuansa menjadi lebih ringan dan bahkan membuat anda melayang dalam kegalauan tak menentu. Dan ketika hilang kesadaran sejenak akibat candu musik
Muse, Micro Cuts dilagukan dengan kegalauan tingkat akut dengan pitch yang sangat tinggi dari suara vokal Matthew Bellamy. Dan dengan candu morfin bernama Screenager, anda akan dibawa menuju suatu alam khayal dengan setengah kesadaran anda. Tak cukup puas dengan itu, Darkshines menyempurnakan sensasi yang telah terjadi sebelumnya.
Setelah melewati sensasi beragam kegalauan, Muse mencoba menawarkan nuansa yang berbeda lewat tembang Feeling Good yang sexy dengan sedikit sentuhan jazz ini membuat cover dari tembang Nina Simone ini memiliki cita rasa yang berbeda. Salah satu cover terbaik lagu Feeling Good dari Muse selain yang dibawakan oleh Michael Bubble atau juga Adam Lambert di American Idol. Dan sebagai penutup, Muse mencoba bereksperimental dengan church organ lewat Megalomania sebagai penutup yang cukup epic.
Dengan segala cara bermain musik dengan bunyi bunyian alternatif, Muse dengan Origin Of Symmetry mampu menancapkan kuku yang cukup dalam kancah scene musik ini. Ciri khas utama dari permainan gitar Matthew Bellamy serta karakter vokal yang unik dan juga penulisan lirik yang menarik membuat Origin of Symmetry patut diberi apresiasi yang tinggi. Dengan penyusunan komposisi musik
yang apik, penulis sarankan bahwa album ini adalah sebuah album yang harus anda dengarkan sebelum anda tiada. A Must Listen Album!
Artist
Muse
Album
Origin Of Symmetry
Rilis
2001
Genre
Alternative, Alternative Rock, Space Rock
Rating
9 | 10
Muse
Album
Origin Of Symmetry
Rilis
2001
Genre
Alternative, Alternative Rock, Space Rock
Rating
9 | 10
_______________________________________
Dewa | Bintang Lima
Hawa tercipta di dunia untuk menemani sang Adam
Begitu juga dirimu tercipta tuk temani aku ...
Menurut sebagian orang dan termasuk penulis, DEWA 19 sudah mati di akhir dekade 90'an ketika sang vokalis yaitu Ari Lasso dan Erwin Prasetya dipecat karena terkena kasus narkoba serta drummer Wong Aksan dipecat juga karena permainan drum-nya terlalu jazz. Album terakhir DEWA 19 adalah album Pandawa Lima yang terkenal dengan single Kirana lantas menjadi kenangan semu memasuki awal dekade 2000. Namun,separuh nafas dewa 19 masih tercium ketika mereka merilis sebuah album baru yang sebenarnya masih dianggap remeh karena berganti secara total personel mereka kecuali Ahmad Dhani dan Andra Ramadhan. Meski dengan vokalis baru dengan karakter vokal yang cukup unik yaitu Once Mekel dan Tyo Nugros di posisi drum. Akhirnya Dewa 19 telah mati dan bertransformasi menjadi Dewa dengan rilisan bertajuk Bintang Lima.
Karakter musik di Bintang Lima, separuh nafas dewa 19 masih tercium meski sempat berubah apalagi karakter vokalis baru mereka yang benar-benar berbeda dengan vokalis mereka terdahulu. Namun, kejutan sungguh terjadi ketika single-single yang ada di Bintang Lima meledak dipasaran dan single-single itu menjadi soundtrack penulis di kala itu. Pesimisme atas kualitas musik akibat konflik yang terjadi di tubuh 'Dewa 19' langsung menjadi sirna karena single-single hebat dari Bintang Lima disuarakan dengan baik.
Sebenarnya rilisan Bintang Lima hanya terdiri dari 9 Lagu namun ada tambahan 2 lagi yaitu Mukadimah sebagai intro dengan bumbu simfoni dan 1000 Bintang sebagai outro. Sejatinya, Roman Picisan adalah tembang pembuka di album ini. Cukup menarik karena ada sentuhan string violin di komposisi musiknya. Lanjut ke Dua Sejoli yang menjadi soundtrack penulis saat itu, komposisi ambient drum loop serta permainan gitar menghantui suasana tembang ini serta sentuhan violin yang syahdu serta lirik roman nan memikat hati, membuat tembang ini menjadi cukup emosional. Penggalan lirik "hawa tercipta di dunia untuk menemani sang adam, begitu juga dirimu tercipta tuk temani aku" seakan tak lepas dari ingatan penulis saat itu. Risalah Hati di lagu selanjutnya menurut penulis cukup biasa sebagai lagu pop, tetapi klimaks tembang ini dengan sentuhan suling dan vokal wanita cukup memberikan warna.
Separuh Nafas adalah sebuah mahakarya Dewa dengan formasi barunya. Komposisi musik, termasuk lirik adalah yang terbaik. Dibuka dengan raungan gitar dengan drum beat yang renyah serta efek ambient dari gitar membuat tembang dengan nada menarik ini menjadi salah satu daya tarik utama di dalam Bintang Lima. Kemudian ada Cemburu dengan sentuhan pop rock yang membuat semangat, Hidup Adalah Perjuangan juga demikian. Meskipun begitu, Dewa tidak meninggalkan pop balladnya seperti yang terdahulu dan itu sangat nampak di Lagu Cinta. Dan Cinta Adalah Misteri juga membawakan tema serupa yang ringan dan renyah. Tembang terakhir di Bintang Lima adalah Sayap-Sayap Patah yang dibuka dengan vokal Ahmad Dhani yang berkolaborasi dengan Once dibagian chorusnya. Irama pop rock dengan penulisan lirik berpuisi membuat tembang ini menjadi pas sebagai tembang penutup sebelum outro album ini yaitu 1000 Bintang.
Bagi penulis sendiri rilisan Bintang Lima dari Dewa (bukan 'Dewa 19' yang saya nyatakan telah mati di penghujung dekade 90'an) adalah rilisan terbaik mereka. Skill bermusik serta penulisan lirik yang menarik dan kemampuan setiap musisinya membuat album yang begitu menarik. Namun, setelah rilisan ini meledak sang mastermind Dewa menjadi besar kepala dan arogan sekaligus kehilangan kemampuan bermusiknya dan itu terbukti bahwa penulis tidak suka dengan rilisan setelah album ini. Akhirnya Bintang Lima dari Dewa adalah warisan terakhir dari semangat 'Dewa 19'. Dan album ini memang berkualitas Bintang Lima. Great Album!
Review Populer
-
Cukup shock juga telinga saya ketika mendengar beberapa 6 single dari Stars and Rabbit . Dimana 3 diantaranya sudah matang, sedang...
-
Hawa tercipta di dunia untuk menemani sang Adam Begitu juga dirimu tercipta tuk temani aku ... Menurut sebagian orang dan termasu...
-
Mendengar A Rocket To The Moon lewat album On Your Side mengingatkan saya akan dentingan musik yang selalu di senandungkan di film-...
-
Nun jauh disana ketika kaum Ogre yang kumuh yang sudah biasa hidup dengan para Troll membuat band bersama. Namun hal yang tidak m...
-
there's a riff will bleed your ears ... and yes ... there will be blood when listen the killer riff ! Muse , jika berbicara...
Kategori
- -acoustic (2)
- -alternative (5)
- -alternative metal (1)
- -alternative rock (4)
- -ambient (3)
- -anti-folk (1)
- -art rock (1)
- -avant-garde (2)
- -breakcore (1)
- -britpop (1)
- -classic rock (1)
- -compilation (1)
- -dance (1)
- -dance-pop (1)
- -dark ambient (1)
- -death metal (1)
- -deathcore (3)
- -doom metal (1)
- -dream pop (2)
- -drone (1)
- -drum n bass (1)
- -dubstep (2)
- -electronic (4)
- -electronic metal (1)
- -electropop (1)
- -emo (1)
- -etheral (1)
- -ethnic fusion (1)
- -experimental (4)
- -female vocalists (1)
- -folk (5)
- -free jazz (1)
- -funk (1)
- -funk rock (1)
- -fusion (1)
- -garage rock (1)
- -gothic (1)
- -gothic metal (1)
- -grunge (1)
- -house (1)
- -indie pop (6)
- -indie rock (4)
- -jazz (1)
- -jpop (3)
- -jrock (3)
- -kpop (4)
- -math rock (2)
- -melodic death metal (1)
- -neo-folk (1)
- -new wave (1)
- -noise (1)
- -noise rock (1)
- -nu metal (1)
- -pop (9)
- -pop ballad (1)
- -pop punk (4)
- -pop rock (6)
- -post-hardcore (2)
- -post-metal (2)
- -post-rock (6)
- -power pop (1)
- -progressive rock (3)
- -progressive trance (2)
- -punk rock (2)
- -ritual (1)
- -rock (1)
- -screamo (1)
- -sludge (2)
- -space rock (1)
- -the wave (1)
- -traditional (1)
- -trance (2)
- -trancecore (1)
- -trip hop (1)
- -uplifting trance (1)
- -world music (1)
- A Rocket To The Moon (1)
- All Angels Gone (1)
- Aly and Fila (1)
- Armin Van Buuren (1)
- Arrington De Dionyso (1)
- Artificial Melodrama (1)
- blink-182 (1)
- Broken Note (1)
- Call Me Nancy (1)
- Chelsea Grin (1)
- Coldplay (1)
- Cory Johnson (1)
- Dance Gavin Dance (1)
- David Guetta (1)
- Dewa (1)
- Do As Infinity (1)
- Emmy The Great (1)
- Freelance Whales (1)
- Gavy NJ (1)
- Ghaust (1)
- Girls' Generation (1)
- Jem (1)
- Jonas Brothers (1)
- KARA (1)
- Korn (1)
- La Dispute (1)
- Lemuria (1)
- Lights (1)
- Lily Chou-Chou (1)
- Lull (1)
- Mansun (1)
- Mineral (1)
- Muse (1)
- Padi (1)
- Phurpa (1)
- Primus (1)
- Red Hot Chili Peppers (1)
- Rose Funeral (1)
- Rosetta (1)
- Rosolina Mar (1)
- SCANDAL (1)
- Skysaw (1)
- Slow Club (1)
- Spider And The Flies (1)
- Stars (1)
- Stars and Rabbit (1)
- Tesla Manaf (1)
- Tesla Manaf feat Mahagotra Ganesha (1)
- The Beach Boys (1)
- The Browning (1)
- The Grace (1)
- the HIATUS (1)
- The Middle East (1)
- Todesboden (1)
- Various Artist (1)
... mendalami sekumpulan bunyi yang tertuang dalam aksara dan kata.
Powered by Blogger.